NGAMPRAH – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berenca, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak (DP2KBP3A) mengakui program sosialisasi cukup dua anak pada 2019 belum maksimal.
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Bandung Barat (KBB), Eriska Hendrayana, menurutnya, hal tersebut berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program 2019 yang menunjukkan ada program yang belum mencapai hasil memuaskan.
Salah satunya angka perempuan usia 15 sampai 49 melahirkan lebih dari dua anak masih cukup banyak. Sedangkan, Pemerintah menargetkan dalam sebuah keluarga, hanya terdiri dari dua anak. ”Artinya pencapaiannya masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah pusat. Ini harus menjadi perhatian bersama demi suksesnya program KB,” kata Eriska saat dihubungi melalui telepon seluler, Minggu (20/9).
Eriska mengatakan, pada tahun 2021 mendatang program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) akan dikebut. Khususnya yang harus disukseskan inti dari Bangga Kencana, yakni keluarga. Mengingat pada tahun 2020 pencapaiannya masih di bawah target.
”Ketika keluarga itu sejahtera, Insya Allah apa yang dari cita-cita inti pembangunan di dalam sebuah keluarga tercapai,” jelasnya.
Menurut Eriskan, untuk mewujudkan semua itu, pemerintah dan petugs di lapangan memiliki peranan penting. Dengan demikian, program bisa dilaksanakan dengan mudah demi terciptamya percepatan kegiatan secara prioritas melalui sinergitas dan harmonisasi.
”Perlu menjadi perhatian kita karena masih rendahnya daya saing, terlihat dari indeks pembangunan manusia di Bandung Barat,” tuturnya.
Ia juga menekankan agar masyarakat harus diberi pemahaman bahwa program Bangga Kencana tidak sekadar mengarahkan anak cukup dua orang. Namun, perlu dipikirkan juga tentang merencanakan keluarga yang ke depannya bisa mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan.
Terutama lanjut Eriska, dalam memperkuat sistem informasi keluarga yang terintegrasi. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik dan integratif sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di keluarga.
Kemudian, menempatkan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di daerah terpencil, dan mencegah remaja melakukan pernikahan dini. ”Kita harus bisa menciptakan keluarga yang berkualitas dan mandiri yang dapat dicapai melalui fokus pembahasan,” pungkasnya. (mg6/rus)