BOGOR – Presiden Joko Widodo merasa ada yang salah dari manajemen jajarannya dalam membina talenta muda untuk menyiapkan atlet-atlet berbakat.
Pria yang akrab disapa Jokowi itu mengatakan, penduduk Indonesia sekitar 270 orang, mayoritas anak muda, tetapi tidak ada atlet yang benar-benar berprestasi secara global.
”Saya pesan kepada Menpora, KONI, KOI, untuk meningkatkan prestasi olahraga nasional. Kalau selama ini prestasi olahraga kita masih kurang, masih kurang berhasil, itu artinya cara-cara yang selama ini kita lakukan mungkin tidak tepat, mungkin kurang tepat,” kata Jokowi dalam acara Puncak Hari Olahraga Nasional 2020 di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (9/9).
Jokowi meminta jajarannya untuk mengubah total ekosistem nasional agar bisa berprestasi. Tata kelola pembinaan atlet harus disinergikan dengan baik dari daerah hingga pusat. Termasuk dari dari lembaga pendidikan umum sampai lembaga pendidikan olahraga. ”Tingkatkan sinergi antara organisasi cabang olahraga sampai ke Kemenpora,” jelasnya.
Selain itu, Jokowi meminta jajarannya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru untuk menunjang kemampuan calon atlet Indonesia. Termasuk mengembangkan pusat pelatihan yang berbasis sains. ”Kembangkan sistem informasi dan big data analytics yang bisa mendeteksi calon-calon atlet yang berkualitas,” tegasnya.
Jokowi mengingatkan bahwa penduduk Indonesia 267 juta lebih dan mayoritas adalah generasi muda. Jokowi merasa heran apabila populasi yang besar itu tidak ada yang membawa nama besar bangsa.
”Sangat tidak masuk akal jika kita kekurangan calon atlet yang berbakat. pasti jutaan yang berbakat. Kalau kurang calon pasti yang salah adalah manajemennya, bukan kekurangan bakatnya,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi melalui daring itu mengingatkan bahwa prestasi olahraga Indonesia belum maksimal. Ia menyebut bahwa kondisi itu muncul karena ada kemungkinan sistem pembinaan olahraga di Indonesia yang salah.
Contoh nyata, Indonesia kini jadi sulit berprestasi di ajang SEA Games, yang levelnya hanya antarnegara Asia Tenggara. ”Olahraga merupakan instrumen penting, baik untuk pendidikan karakter, nasionalisme, serta pendidikan. Untuk itu, pada perayaan Haornas ini, kita harus merancang ulang olahraga nasional. Kita harus serius melakukan evaluasi dan siapkan langkah besar untuk kemajuan olahraga nasional,” akunya.