BANDUNG – Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV, Jawa Barat (Jabar) dan Banten, Uman Suherman, berharap guru besar harus ada di setiap Program Studi (Prodi) universitas yang ada di Jawa Barat dan Banten, terutama di Universitas Widyatama (UTama).
“Saya sangat mendukung Universitas Widyatama memiliki guru besar atau profesor disetiap Prodinya. Saat ini di Universitas Widyatama sendiri sudah ada 21 program studi (termasuk Prodi baru), 18 jenjang S1, D4, D3 serta 3 jenjang magister atau profesi, di LLDIKTI Wilayah IV pun, di tahun 2020 menargetkan 30 Guru Besar,” kata Uman dilansir dari tagar.id, kemarin.
Pihaknya kata Uman, mendukung Universitas Widyatama menambah guru besar atau profesor bukan berarti dia akan memudahkan. Tapi, mendorong bagaimana terciptanya guru besar yang ada di Universitas Widyatama, karena bagi kami kampus yang sudah sempurna yakni, yang jenjang S-1 diajar oleh S-2, jenjang S-2 oleh S-3 dan S-3 diajar oleh buru besar.
Dari tahun 2017 hingga 2020 sudah ada 12 profesor baru di LLDIKTI Wilayah IV. Jumlah tersebut memang di luar target, karena untuk menjadi guru besar tidak mudah tetapi tidak bisa dipandang sulit. Kalau dianggap sulit mungkin tidak akan pernah ada penambahan. “Mudah-mudahan paling tidak di 2020 ini ada 30 profesor baru di wilayah LLDIKTI wilayah IV,” harap Uman.
Sementara itu, Ketua Yayasan Widyatama, Djoko S Roespinoedji mengatakan, bahwa sampai saat ini Yayasan Widyatama sedang mendorong enam (6) calon guru besar atau profesor. Oleh sebab itu, sejak beberapa tahun ke belakang dirinya dengan Rektor Universitas Widyatama Obsatar Sinaga memiliki program akselerasi jabatan fungsional melalui publikasi jurnal internasional. “Harapan kami keenam calon guru besar dalam waktu dekat bisa terealisasi. Mereka umumnya memang murni alumni dari Widyatama (STIEB). Ini merupakan suatu kebanggaan,” kata Djoko.
Djoko menyadari sebuah Perguruan Tinggi (PT) harus didukung oleh guru besar di setiap Prodi di universitas. Sebab, erat kaitanya dengan kualitas SDM yang akan dilahirkan nanti (alumni Universitas Widyatama). “Seperti kita ketahui persoalan yang sama juga dihadapi oleh perguruan tinggi lainnya. Ketika membuat dan mempublikasikan jurnal internasional gampang-gampang sulit. Sehingga akselerasi SDM kami, terutama para dosen ketika naik jabatan fungsionalnya tidak ada hambatan. Karena jurnalnya sudah bisa dipenuhi,” tegas Djoko.