Upaya Tumbangkan Politik Dinasti

Namun, terang dia, kontek itu memang perlu dilakukan untuk mengantisipasi isu negatif tentang politik dinasti. Sehinga isu tersebut akan menjadi gorengan mereka (lawan politik) bahwa politik dinasti itu merupakan satu hal yang tidak produktif dalam sebuah pesta demokrasi.

“Baginya isu politik harus diconter. Apalagi ditambah, konon kabarnya untuk melindungi kesalahan yang lalu. Walaupun belum tentu ada. Apalagi inkamben ini sering kali di nilai sebagai yang tidak demokratis (menguntungkan lingkaran elitnya saja),” terangnya.

“Jadi intinya bu Nia ini harus bisa melawan tuduhan politik dinasti. Mau tidak mau, Golkar di Kab Bandung kuat, sama halnya dengan Purwakarta dan Indramayu. Tinggal memastikan berebut tokoh yang mempunyai efek dan kharisma,” imbuhnya.

Terlebih, kata dia, setiap pasangan terus berebut tokoh untuk memenangkannya dalam pilkada serentak itu. Seperti Yena menggangdeng pesepakbola kebanggaan warga Jawa Barat, Persib Bandung.

“Nah kenapa bu Yena mengambil Atep salah satunya adalah untuk mendapat dukungan lebih mudah. Karena Atep punya modal sosial yang dikenal,” katanya.

Sama halnya Dadang Supriatna, yang menggandeng Sahrul Gunawan. Menurutnya, wibawa Atep dan Sahrul beda. Sebab, artis sering menggunakan temen profesinya, para artis. Tapi Atep belum tentu membawa temen pemain Persib. Sebab independen.

Terpisah, Pengamat Politik dan Ketahanan Nasional, Universitas Padjajaran (Unpad), Yusa Djuyandi mengatakan peluang terjadinya politik dinasti itu dalam Pilkada Kabupaten Bandung memang muncul seiring munculkan Teh Nia sebagai bakal calon bupati.

“Saya kira pilkada ini hanya akan ada 3 paslon, dimana masing-masing paslon punya peluang yang sama besar. Sebab, tidak ada petahana yang bertarung,” ucap Yusa.

Menurutnya, dari ketiga paslon, masing-masing punya keunggulan modal politik yang hampir sama. Teh Nia didukung oleh mesin politik yang cukup kuat, terutama Golkar.

“Teh Yena diuntungkan dengan tingkat popularitas pasangan wakilnya (Atep). demikian juga halnya dengan Kang Dadang yang dituntungkan dengan pasangan calon wakil bupatinya, Syahrul Gunawan,” hematnya.

Tak hanya itu, Direktur Lembaga Survei Eksekutif Polsight ini mengaku telah melakukan survei pada Agustus 2020 di 31 Kecamatan di Kabupaten Bandung dengan metode multi stage random sampling. Dengan Jumlah responden dalam survey ini sebanyak 452 responden, margin of error 5%.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan