”Beberapa hari lalu memang air yang biasa dipakai mandi dan mencuci itu tercemar limbah semen dari kereta cepat, jadi keruh. Kalau ke kita yang menggunakan memang jadi gatal-gatal juga,” akunya.
Keluhan warga tersebut dibenarkan Kepala Desa Puteran, Yandi Hadiyana, menurutnya, ada lahan persawahan warga yang tercemar oleh limbah dari proyek kereta cepat. Namun menurutnya ada perbedaan luas lahan sawah yang terdampak.
”Betul ada lahan pertanian yang tercemar. Tapi ada beda data antara Gapoktan dengan pihak desa. Data yang kita pegang berdasar sidak ke lapangan tidak sebesar itu, sekitar 75 hektare,” tegasnya.
Selain keluhan pencemaran limbah ke lahan sawah, dirinya juga mendapatkan laporan terkait warga yang mengeluh gatal-gatal setelah mandi menggunakan air Sungai Cileuleuy.
”Selain keluhan pencemaran sawah, warga yang menggunakan air Sungai Cileuleuy juga mengeluhkan gatal-gatal. Ada sekitar 3 RW yang lapor ke kita. Memang Sungai Cileuleuy itu selain sebagai sumber air pertanian juga sering dipakai warga untuk mandi dan mencuci,” pungkasnya.(mg6/rus)