BANDUNG – Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Rosye Arosdiani mengungkapkan Kota Bandung memiliki kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Jawa Barat.
Dia mengatakan sedikitnya terdapat 2.363 kasus sejak Januari-Juli 2020 dengan tingkat kematian 12 orang. Rata-rata usia 5-14 tahun dan 15-44 tahun.
’’Jika dibandingkan pada 2019, kasus DBD malah turun. Sebab pada tahun lalu ada 3.000 lebih DBD,’’ kata Rosye kepada wartawan ketika di temui di Plaza Balaikota kemarin, (25/8).
Dia menuturkan, kasus tertinggi terjadi pada Maret lalu. Ada 479 kasus. Sementara Januari terdapat 248 kasus.
Terkait rentan usia yang rentan terkena DBD adalah 5-14 tahun jam jam-nya nyamuk menggigit jam aktif 8 pagi-12 siang dan sore tanpa kita sadari sedang berkegiatan.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat, Eka Mulyana mengatakan, kerentanan seseorang terkena DBD dipengaruhi oleh ketidaksiplinan dalam menjaga lingkungan sekitar.
“Kemungkinan saat ini banyak berada di rumah dan ketidakdisiplinan jaga kebersihan lingkungan. menguras, menutup, dan mengubur (3M),” ujar Eka.
’’Kewaspadaan terhadap demam berdarah biasanya dilakukan sepanjang tahun, tidak hanya melihat aspek cuaca saja. Tak peduli ketika musim hujan ataupun musim panas, kasus demam berdarah dapat ditemui di kedua musim tersebut,’’papar dia.
Kembangbiakan nyamuk biasanya terjadi pada musim kemarau. DBD tidak akan tinggi (kasusnya) saat terus musim hujan. Justru akan muncul tinggi saat hujan, kemudian panas dan kering, karena jadi ada medianya.
’’Kalau hujan terus kebawa (perindukannya) Kalau sampai tujuh hari ada genangan air, maka nyamuk akan berkembang biak,” jelasnya. (mg7/yan)