Deni sendiri mengaku bingung kenapa yang cair hanya untuk perawat. Padahal dirinya mengajukan dana insentif tidak hanya perawat tapi juga petugas kamar mayat.
Pihak RSU sendiri, lanjut Deni, tidak mengetahui besaran uang insentif bagi para petugas kamar mayat ini. “Kami belum tahu besarannya. Namun jika akhirnya dibebankan ke RSU, pihaknya akan menganggarkan secara layak. Karena saya sendiri tahu persis risiko yang mereka hadapi saat bertugas,” ujar Deni.
Deni memang diketahui kerap ada di sekitar Kamar Mayat ketika ada pasien yang dirawat di ruang isolasi meninggal dunia. Sehingga ia mengetahui persis kinerja serta risiko anak buahnya tersebut saat menangani jenazah terkait Covid-19.
Baca Juga:KCJB Telah Makan KorbanMiris! Raturan Siswa Putus Sekolah
“Kami berharap pemerintah pusat memperhatikan nasib mereka. Namun begitu, kami pun akan berusaha mencari dananya,” kata Deni.
Seperti diketahui, para nakes menyuarakan protes dengan menulis menggunakan spidol hitam, mereka menuliskan kata-kata, Kerja Tanpa Upah, Perhatikan Kami, Iraha Cair Insentif serta ada kata-kata yang menggelitik, Enggal Cair Hayang Kawin dan Kapan Kami Cair.
Sebelumnya, Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad mengatakan pihaknya sudah menyiapkan Rp 26 miliar untuk insentif tenaga kesehatan di Jabar yang bertugas menangani pandemi Covid-19.
“Sebanyak Rp 23 miliar untuk insentif dan Rp 3 miliar untuk santunan kematian nakes yang gugur selama pandemi,” ucap Daud.
Daud menambahkan, pada bulan lalu, anggaran Pemerintah Provinsi Jabar untuk penanggulangan Covid-19 sudah terserap kurang lebih Rp 1,423 triliun, dengan serapan paling banyak untuk social safety net atau jaring pengaman sosial atau bantuan sosial (bansos). “Diserap untuk social safety net atau bansos Rp 1,158 triliun. Untuk alat-alat kesehatan sebesar Rp 248 miliar,” ucap Daud.
Selama ini tercatat sebanyak sekitar 41 ribu tenaga kesehatan di Jawa Barat yang bertugas di garda terdepan merawat pasien Covid-19. (bbs/drx)
