KABUPATEN BANDUNG – Pilkada Serentak di Kabupaten Bandung makin ramai dengan munculnya poros koalisi baru. Mereka adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, Partai Demokrat yang memberikan perubahan signifikan dalam peta kekuatan politik.
Terlebih Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA melansir bahwa pasangan yang diusung oleh tiga parpol tersebut, yaitu Dadang Supriatna (DS)-Sahrul Gunawan, memiliki elektabilitas yang cukup tinggi.
Peneliti Senior sekaligus Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah menilai DS-Sahrul sebagai pasangan baru yang memiliki peluang tak kalah besar untuk menang dalam Pilkada Kabupaten Bandung 2020. “Kedua figur tersebut memiliki bekal elektabilitas yang saling menguatkan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Jabar Ekspres, kemarin (3/8).
Menurut Toto, data survei LSI beberapa bulan lalu menunjukan bahwa DS dan Sahrul secara pribadi masing-masing sudah memiliki bekal elektabilitas yang tinggi. Bahkan keduanya masuk dalam empat besar bakal calon dengan elektabilitas tertinggi.
Dari data tersebut, kata Toto, elektabilitas tertinggi memang masih dimiliki oleh Wakil Bupati Bandung Gun Gun Gunawan sebagai bakal calon bupati dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saat itu, Gun Gun tersurvei masih memiliki elektabilitas hingga 20,0 persen.
Di bawah Gun Gun, Sahrul sebagai bakal calon wakil bupati dari Nasdem, menempel ketat dengan elektabilitas 20,5 persen. Sedangkan DS dengan elektabilitas 14,3 persen berada di posisi ketiga, namun masih di atas istri Bupati Bandung Kurnia Agustina Naser sebagai bakal calon bupati dari Partai Golkar dengan elektabilitas 13,9 persen.
“Jika merujuk pada data survei beberapa bulan lalu itu, pasangan DS-Sahrul jelas memiliki elektabilitas paling tinggi sebagai pasangan, sehingga potensi mereka memenangkan Pilkada Bandung sangat besar. Soalnya di luar empat figur itu, bakal calon lain masih memiliki elektabilitas dibawah 7 persen,” kata Toto.
Meskipun demikian, Toto melansir bahwa hasil survei tersebut masih sangat dinamis dan bisa berubah dalam kondisi saat ini. Apalagi ketika itu survei dilakukan ketika semua bakal calon belum melakukan sosialisasi yang masif, belum ada simulasi pasangan, dan masih terjadi tarik-menarik bakal calon oleh sejumlah parpol pengusung.