Kasus Terus Melonjak Jelang AKB, Ratusan Desa Terpapar Korona

BANDUNG – Sejumlah titik di tingkatan desa/kelurahan di Jabar menunjukan tren kenaikan positif virus korona. Hal itu diungkapkan Koordinator Sub Divisi Deteksi Dini dan Pelacakan Kontak Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Dedi Mulyadi di Gedung Sate, Kamis (11/6).

Dedi menyebutkan, per tanggal 13 lalu kurang lebih ada 267 desa/kelurahan dan naik menjadi 670 desa/kelurahan di Jabar yang masyarakatnya terpapar positif COVID-19. Mulai satu orang, dua orang atau maksimal kurang lebih 23 orang.

“Dari sekitar 6.000 desa/kelurahan di Jabar, saat ini juga semakin berkembang per tanggal hari kemarin (10/6) datanya sudah mencapai hampir 670 desa/kelurahan yang warganya terpapar,” ucap Dedi.

“Jadi kami melihat bahwa provinsi harus menyikapi ini terutama pada titik-titik level kewaspadaan kritis atau level yang hitam. Dari 267 waktu 13 Mei lalu, kita coba kroscek dengan data yang update bahwa ternyata ada sekitar 54 desa kelurahan yang memang jumlah warga terpaparnya lebih dari 6 kemudian peningkatan pertumbuhan kasus barunya terus ada setiap 14 hari berikutnya,” imbuhnya.

Menurutnya, sebagai level kewaspadaan kritis yang mau tidak mau perlu menjadi perhatian di provinsi. Sebab, khawatir kabupaten kota memang dengan segala kondisinya perlu dari provinsi.

“Dari 54 desa/kota ini kita coba petakan ternyata berangkat dari 13 kabupaten/kota. Seperti Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, Bekasi, Kabupaten maupun Kota Bekasi, kemudian Kota Tasikmalaya, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi termasuk Kabupaten Subang,” katanya.

Lebih jauh dia menjelaskan, dari 13 kota/kabupaten ini pihaknya mencoba mendiskusikan dengan rekan-rekan di kabupaten/kota gugus tugas dan Kepala Dinas Kesehatan di setiap daerah.

Disisi lain, pihaknya juga terus melakukan sosialiasi amat krusial dalam Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) atau penanganan COVID-19 tingkat desa/kelurahan.

Dedi menambahkan, penolakan masyarakat terhadap PSBM sempat terjadi karena pemahaman yang kurang. “Edukasi kepada masyarakat perlu, supaya kemudian masyarakat bisa menerima kondisi, COVID-19 itu bukan suatu aib, tetapi hal yang harus diselesaikan bersama-sama,” kata Dedi.

PSBM, yang merupakan program Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar dalam menanggulangi COVID-19, sudah diterapkan di desa/kelurahan yang tersebar di 6 kabupaten/kota.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan