Paksa Pemudik Putar Balik

BEKASI – Kegiatan penyekatan dalam Operasi Ketupat 2020 yang dilakukan Polri  di antaranya di ruas Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan 16 titik di wilayah hukum Polda Metro Jaya dari pukul 00.00 WIB hingga Jumat (24/4) berhasil menghalau sekitar 3.000 kendaraan pemudik baik di ruas tol maupun di jalur arteri.

“(Total) sekitar 1.400-an lah (kendaraan) yang sudah kami putar balikkan ke rumah lagi, yang jelas-jelas mereka itu adalah mau melaksanakan mudik,” kata Kakorlantas Polri Irjen Istiono di KM 31 Tol Jakarta-Cikampek (Japek) arah Cikampek, Bekasi, Jumat (24/4) dilansir detikcom.

Menurut Istiono, tindakan polisi dalam rangka mencegah terjadinya arus mudik di pagi dan siang hari berbeda dengan malam hari. Di pagi dan siang hari, mereka harus lebih jeli melihat gerak-gerik kendaraan pemudik dengan kendaraan warga yang memang sehari-hari melintas di jalan tersebut untuk aktivitas kerja.

“Kami harus juga selektif, kami harus juga melihat aktivitas di lapangan harus tetap jalan. Oleh karena itu, langkah-langkah kami, evaluasinya cara bertindak kami di lapangan itu berbeda pada pagi dan malam hari,” jelas Istiono.

Sementara, Wawan Gunawan,24, seorang warga asal Nagreg yang sudah dua tahun merantau di Tangerang memaksakan untuk pulang kampung.

Menurutnya, kepulangannya sebelum diberlakukan larangan mudik oleh pemerintah. Sehingga dia mengambil keputusan untuk pulang ke Nagreg.

“Kegitan saya di Tangerang hanya sebagai guru, karena sekolah diliburkan makanya saya memutuskam untuk pulang kampung, karena di sana nggak punya aktivitas lagi,” ucap Gunawan kepada Jabar Ekspres.

Dirinya mengaku, setelah sampainya ke kampung halaman, pihaknya diarahkan untuk berkoordinasi dengan RT/RW dan desa untuk melakukan laporan dan melalukan isolasi diri.

“Ya betul, saya laporan ke RT/RW dan saya disuruh untuk melakukan karantina diri selama 14 hari di rumah, dan Alhamdulillah tidak ada gejala apapun,” katanya.

Pria yang akrab disapa Bang Tiger itu setuju dengan kebijakan larangan mudik. Namun, kata dia, yang menjadi persoalan terkait biaya sehari-hari dan keperluan lainnya.

“Ibarat kata tidak berpenghasilan namun banyak kebutuhan, sekarang cuma bisa melamun untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah,” katanya.

Tinggalkan Balasan