PARONGPONG – Corona Virus Disease atau Covid-19 yang makin mengkhawatirkan beberapa waktu belakangan ini, berdampak pada semua sektor ekonomi, termasuk petani bunga.
Di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, sebagai salah satu sentra penjual bunga dan tanaman hias di Jawa Barat bahkan di Indonesia, mengalami mati suri.
Berbagai jenis bunga seperti mawar, karnesen, snapdragon, dan jenis bunga lainnya tetap dipanen para petani namun tak bisa didistribusikan ke daerah
Sebulan belakangan, para petani bunga ini kehilangan pangsa pasarnya. Bahkan para4 petani harus menanggung kerugian puluhan bahkan ratusan juta rupiah setiap bulannya.
“Kalau untuk Cihideung, pasar bunga paling besar itu Jakarta, Jawa dan Bali juga, serta hampir memasok ke seluruh wilayah lainnya di Indonesia, tapi sejak adanya Covid-19 benar-benar mati tidak ada permintaan,” ungkap Firmansyah (29), Jumat (24/4).
Saat musim panen tiba, biasanya pengirim bunga kepada pembeli dilakukan dalam waktu dua hari sekali. Namun sejak adanya Covid-19, permintaan pasokan bunga total berhenti dari sejumlah daerah.
Ia pun cukup kesulitan mengakali kondisi pasar saat ini. Sementara perawatan bunga butuh biaya yang tidak sedikit dan jika dibiarkan bunga-bunga akan mati dengan sendirinya.
“Ya kalau sekarang bunga dibiarkan begitu saja di kebun, daripada untuk perawatan bunga lebih untuk kebutuhan sehari-hari saja, ini pun mengandalkan sisa tabungan yang ada,” ujarnya.
Dalam setiap bulannya, Ia selaku petani kecil harus menanggung kerugian nominal rata-rata sebesar Rp 10 juta. Maka untuk petani besar, kata Dede, kerugian bisa dipastikan mencapai ratusan juta rupiah.
“Jarak waktu panen tanaman bunga inikan dua hari sekali, sekali panen untuk petani kecil bisa menghasilkan 30 sampai 40 ikat bunga dengan harga Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu, kalau dikalikan sebulan jelas kerugian sangat besar,” terangnya. (mg6/yan)