Karir politiknya di UMNO terus melejit. Sampai mencapai wakil ketua umum. Itu yang dikeluarkan otomatis menjadi wakil perdana menteri.
Saya dua kali bertemu beliau. Sekali di Kuala Lumpur dan sekali di Jakarta. Orangnya ramah dan rendah hati – harus politisi tulen.
Tahun 2016 mulailah konfliknya di UMNO memuncak. Muhyiddin dipecat. Ia pun bergabung ke Mahathir Muhamad. Untuk bersama-sama mengadakan Pesta Pribumi Bersatu.
Dalam Pemilu 2018 Muhyiddin terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Pagoh, Johor. Itu untuk ke-8 saat ia menjadi anggota DPR. Kali ini atas nama Partai Pribumi Bersatu. Sedang yang tujuh kali lalu dari nama UMNO – ‘Golkar’ – nya Malaysia.
Pemilu 2018 memang berhasil menggulingkan UMNO –yang berkuasa selama lebih dari 50 tahun. Tapi Muhyiddin sebenarnya hanya membenci Presiden UMNO yang juga Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Beserta antek-anteknya. Ia sama sekali tidak membenci UMNO –yang ia anggap dengan sungguh-sungguh pro orang Melayu.
Ideologi pro-Melayu selama yang menggundahkan hati Muhyiddin selama dua tahun terakhir. Yakni sejak kemenangan koalisi Pakatan Harapan. Yang tergabung dalam tergabung DAP yang memang mendapatkan 42 kursi –terbesar di antara partai yang ada.
Muhyiddin meyakinkan Melayu tersisihkan di koalisi itu.
Selama lebih dari 50 tahun Melayu telah menjadi raja di negeri mereka. Unsur Tionghoa dan India hanya melengkapi saja.
Tiba-tiba hasil reformasi 2018 begitu mengecewakan para pejuang Melayu.
Maka Muhyiddin –yang sejak lama memang pantas jadi perdana menteri– melakukan kudeta itu. Ia menjalin kerjasama diam-diam dengan UMNO. Setelah menerima mantap lantas menyatakan partai Pribumi Bersatu keluar dari koalisi Pakatan Harapan.
Sebelum surat keluar dikirim, Mahathir lebih dulu mengirim surat pengunduran diundang sebagai perdana menteri.(Dahlan Iskan)