CIMAHI – TUBERCULOSIS atau TBC menjadi penyakit menular disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) paling mematikan di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia dibawah India dan China.
Khusus di Kota Cimahi, pada 2019 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi menargetkan penemuan kasus TBC 1.774 kasus dan target terduga penderita TBC sebanyak 10.644 kasus. Namun dalam kenyataannya, ditemukan sebanyak 2.517 kasus dan terduga TBC sebanyak 6.880 kasus. Meningkat dari kasus TBC biasa, terdapat kasus TB Multidrug-Resistant (MDR) sebanyak 63 kasus.
”Banyaknya temuan bukan hanya menandakan banyak penderita namun keberhasilan temuan kasus TB dapat mempercepat penanganan medis. Setiap kasus TBC harus ditemukan untuk didiagnosis dan diobati sampai sembuh,” kata Kepala Dinkes, drg. Pratiwi, di Komplek Perkantoran Pemkot Cimahi, Jalan Demang Hardjakusuma, Selasa (28/1).
Pratiwi mengaku, sejauh ini Pemkot Cimahi terus mendorong partisipasi dan peran serta masyarakat serta perangkat daerah lewat kerjasama dengan Perkumpulan Pemberantasan Tuberculosis Indonesia (PPTI) Cabang Kota Cimahi, LKNU, AISIYAH, universitas, organisasi profesi, hingga berjejaring dengan dokter praktek swasta dan klinik kesehatan. Untuk mendukung pasien TB konsisten minum obat sesuai rentang waktu enam bulan.
Salah satunya dengan memberdayakan masyarakat sebagai kader Pengawas Menelan Obat (PMO) di 312 RW se-Kota Cimahi, Koordinator PMO, serta Kelompok Masyarakat Peduli TBC di 15 Kelurahan.
”Para kader PMO membantu menemukan kasus TB dan harus memastikan pasien disiplin minum obat. Dengan demikian diharapkan pasien putus obat atau RO bisa ditekan,” jelasnya.