“Seperti membuat taman bacaan masyarakat desa, komunitas literasi maupun kolecer dan lainnya, dananya mungkin bisa menggunakan dana desa,” ucap Zaenal.
Sementara itu, pengelola Kolecer Kab. Bandung Elis Ratna Suminar, Kolecer merupakan ruang pengobatan berbagai masalah emosional dan mental lewat buku atau dikenal dengan nama bibliotherapy.
“Kami melakukan bibliotherapy kepada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), skizofrenia, bipolar, dan orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi,” tambahnya.
Selain itu, kata Elis, anak-anak korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) maupun anak-anak yang memiliki kecerdasan kinetik (hiperaktif) tidak luput dari perhatiannya.
Jika masyarakat yang memiliki masalah emosional dan mental mengunjungi Kolecer, Elis akan membacakan buku-buku terapi, seperti Cara Memaafkan.
“Setelah dibacakan buku-buku terapi, mereka akan lebih tenang dalam menjalani hidup. Kami juga menghadirkan Servis Hati yang di dalamnya ada anak-anak korban KDRT. Terapi kami berikan agar mereka bisa melupakan pengalaman tidak baiknya dan berbahagia,” ucapnya.
Sejak Kolecer diluncurkan, Elis sudah menerapi 52 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan membina 80 anak jalanan. Bibliotherapy sendiri dihadirkan Elis karena dia percaya bahwa Kolecer harus memiliki impak bagi masyarakat, selain meningkatkan minat baca.
“Jumlah kunjungan masyarakat ke Kolecer Kabupaten Bandung itu rata-rata 1.200 per bulan. Dan 20 persen di antaranya adalah individu-individu yang memiliki masalah dengan emosi maupun jiwanya,” katanya. (mg1/yan).