BANDUNG– Sejak dialihkannya 13 rute penerbangan domestik dari dan menuju Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Interasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Kabupaten Majalengka, berdampak besar terhadap menurunnya kunjungan ke kota kembang ini.
“Sejak dialihkannya ke Bandara Kertajati jelas berdampak besar terhadap menurunnya tingkat kunjungan. Pengaruhnya cukup besar. Pertama dialihkan 12 rute, sekarang 13 rute,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar dikutip dari Ayobandung.com, Rabu (25/12).
Herman menyebutkan, dampak dari pengalihan rute tersebut menyebabkan menurunnya pengunjung sekitar 2.000 orang pada musim libur akhir tahun kali ini. “Potensinya mengurangi sampai 2.000 pengunjung yang akan ke Bandung,” jelasnya.
Selain itu, dirinya menilai, berkurangnya angka kunjungan wisatawan ke Bandung yang sekaligus juga mengurangi tingkat okupansi hotel di kota tersebut adalah kemacetan dalam kota yang semakin parah.
Meskipun penambahan infrastruktur menuju Bandung telah ditambah, namun minimnya pembenahan jalan dalam kota dianggap mengurangi kenyamanan wisatawan untuk berlibur di Bandung.
“Wisnus (wisatawan nusantara) itu kan sebagian besar dari Jakarta. Sekarang mereka ke Bandung semakin mudah setelah ada Jakarta-Cikampel elevated tol. Tapi di dalam kotanya tidak ada perubahan, orang jadi malas berlibur lebih dari 3 hari di Bandung,” ungkapnya.
Terpisah, Wali Kota Bandung, Oded M. Danial meminta agar kebijakan pengalihan rute bisa ditinjau ulang. “Tahun lalu, sekitar 7,5 juta wisatawan masuk ke Kota Bandung. Tetapi sejak penerbangan dipindahkan ke Kertajati, sekarang (wisatawan) menurun,” kata Oded.
Oded mengakui, Bandara Husein saat ini seperti “makam”. Bandara Husein sudah tidak lagi seramai saat sebelum BIJB Kertajati beroperasi. “Beberapa waktu lalu, saya turun di Husein, sepi banget. Serasa di makam,” ungkapnya.
Dia pun sempat berbicara dengan Angkasa Pura sebagai pengelola Bandara Husein. Pihak pengelola juga berharap, Bandara Husein tetap bisa beroperasi seperti dahulu.
Selain pengelola bandara, Oded juga mengaku telah memperoleh masukan dari stakeholder pariwisata. Salah satunya, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Para pengusaha juga sangat merasakan dampak pengalihan penerbangan ke BIJB Kertajati.