”Kalau Cimahi memang bekas endapan danau purba, tapi bukan bagian terendah melainkan bagian terluarnya, jadi dampaknya ada tapi tidak akan terlalu signifikan,” jelasnya.
Sebelumnya, peneliti sekaligus dosen di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Insititut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas mengungkapkan, fenomena penurunan tanah di Bandung Raya termasuk di Cimahi mulai terdeteksi sejak tahun 1980-an di wilayah cekungan Bandung, dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya.
”Penelitian kami dilakukan secara berkelanjutan dari tahun 2000, tiap tahun kita ukur dengan menggunakan citra satelit dan GPS,” ungkap Heri.
Menurut Andreas, selain Cimahi, ada sejumlah wilayah di Bandung Raya seperti Dayeuhkolot, Gedebage, Rancaekek, Majalaya, Banjaran hingga Katapang yang mengalami ancaman serupa. Jika diakumulasikan se-Bandung Raya, sudah ada yang ambles hingga tiga meter.
”Fenomenanya bisa terlihat dari dinding dan fondasi rumah yang retak, ada juga rumah yang lokasinya jadi lebih bawah dari badan jalan,” jelasnya.(mg3/ziz)