Kini Sri Lanka kembali menarik perhatian saya. Dengan presiden barunya yang ‘hanya’ berpangkat letnan kolonel: Gotabaya Rajapaksa.
Hampir saja Letkol Gota gagal jadi capres. Penyebabnya: ia telanjur jadi warga negara Amerika Serikat.
Sepuluh tahun Letkol Gota tinggal di Amerika. Sejak memutuskan pensiun dini dari dinas kemiliteran. Di sana Letkol Gota ambil gelar doktor. Bidang komputer. Lalu bergabung ke sebuah perusahaan besar di California.
Isu kewarganegaraan itu tidak muncul selama Letkol Gota menjabat menteri pertahanan. Di zaman kakak kandungnya, Mahinda Rajapaksa, menjabat Presiden Sri Lanka. Padahal 10 tahun Letkol Gota menjadi menteri.
Begitu mencapreskan diri, soal kewarganegaraan itu tidak hanya digugat –bahkan diperkarakan lewat pengadilan.
Akhirnya pengadilan memutuskan: Letkol Gota berhak menjadi capres. Waktu menjadi warga negara Amerika itu Letkol Gota tidak melepaskan kewarganegaraan Sri Lanka. Ia memegang dua paspor –dwikewarganegaraan.
Putusan itu agak telat: 4 Oktober lalu. Sampai-sampai Letkol Gota tidak ikut debat publik pertama: 5 Oktober.
Tapi Letkol Gota punya nama. Ia pernah mendapat gelar pahlawan –biar pun masih hidup. Di masa ia jadi Menhan-lah perang sipil selama 30 tahun berakhir.
Letkol Gota pun memenangi pilpres. Dengan perolehan suara 52 persen. Suku mayoritas Sinhala Buddha memihaknya.
Ia kalah di lingkungan suku Tamil –baik Tamil yang Hindu maupun Tamil Islam.
Tiga gebrakan langsung dilakukan presiden baru. Bukan di 100 hari pertama, tapi di satu minggu pertama.
Pertama, ia mengangkat kakaknya –mantan presiden itu– sebagai perdana menteri Sri Lanka (Lihat DI’s Way kemarin:Presiden Letkol).
Kedua, ia langsung mengunjungi India –yang renggang sejak 15 tahun lalu.
Ketiga, melakukan pemotongan pajak besar-besaran. Bahkan beberapa jenis pajak dihapus.
Tiga hari Presiden Gota di New Delhi. “Pokoknya saya akan bikin hubungan dengan India pada level yang tertinggi,” ujarnya ketika di New Delhi Sabtu lalu.
Waktu saya mendarat di Colombo, ia mendarat di New Delhi.
Tiga hal yang membuat India renggang dengan Sri Lanka. Semua tidak terkait penculikan Dewi Sita oleh Rahwana.