Bisa di liver, paru, prostat, usus dan seterusnya.
Kecepatan kirim itu harus begitu cepatnya sehingga ukurannya bukan lagi detik/km. Pakai ukuran kecepatan suara pun tidak cukup.
Ukuran kecepatan kirim carbon ion itu harus ‘kecepatan cahaya’. Memang tidak akan bisa secepat cahaya. Tapi 50 persennya pun sudah lebih cepat dari suara.
Kecepatan tinggi itu dimaksudkan agar ketika carbon ion itu meledak yang hancur adalah DNA sel kankernya. Bukan sel-sel tubuh di sekitar kanker.
Itulah bagian tersulit menyembuhkan kanker: bagaimana sang obat bisa mematikan sel kanker. Bukan justru mematikan sel-sel tubuh yang sehat di sekitarnya.
Mahalnya alat transportasi carbon ion itu terbawa sampai ke biaya pengobatan. Tentu. Hari ini penderita kanker yang ingin sembuh lewat cara itu harus membayar –tidak perlu diingat angka ini– Rp 800 juta.
Sekitar itu. Tergantung kondisi pasien –maksud saya kondisi sakitnya. Juga seberapa banyak kankernya.
Tentu kelak biaya itu akan turun. Bila sudah ditemukan cara baru. Atau pesaing baru.
Begitu lama saya tunggu perkembangan baru di bidang ini.
Akhirnya kabar baru itu datang. Tiga hari lalu
Dari mana lagi kalau bukan –mungkin Anda capek mendengarkan ini– Tiongkok.
Mesin sejenis itu sudah bisa dibuat di sana. Dengan harga separonya.
Hari-hari ini mesin pertama made in China itu lagi dipasang.
Produksi pertama dicoba dulu di rumah sakit universitas di Provinsi Gansu. Dua jam penerbangan dari Beijing. Ke arah barat. Ke arah Provinsi Xinjiang.
Kenapa di rumah sakit yang begitu pelosok?
Itu agar dekat dengan Lembaga Riset dan Ilmu Pengetahuan Tiongkok cabang Gansu. Yang mendapat tugas negara untuk mendalami bidang terapi kanker.
Pemasangan alat itu memerlukan waktu 6 bulan. Akhir tahun depan baru bisa dipakai menangani pasien kanker. Di bawah monitoring lembaga riset tersebut.
Kecepatan pengiriman carbon ionnya juga sama dengan yang buatan Jerman: 70 persen kecepatan cahaya.
Harga mesinnya belum tahu. Yang pasti akan lebih murah. Dengan jumlah produksi pasti akan lebih besar. Di Tiongkok penderita kankernya 4 juta orang. Tiga juta di antaranya tidak bisa disembuhkan.