Ditambahkan Budi Gunawan, beberapa kegiatan JAD pun sudah diidentifikasi. ”Ini upaya yang mereka sebut amalia. Motifnya, membuat kondisi negara tidak stabil dalam negeri,” jelanya.
Terpisah, Karopenmas Divhumas Polri. Dedi, Brigjen Pol Dedi Pasetyo, selain mengamankan kedua pelaku, Polri juga melakukan pemeriksaan terhadap keluarga Syahril Alamsyah yang beralamat di Jalan Alfakah V, Desa Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Medan, kemarin (10/10). Adapun keluarga yang diperiksa yakni kakak ipar dari pelaku yang bernama Trisna. “Angota polsek Medan Labuhan sudah melakukan pemeriksaan di sana,” terangnya.
Insiden yang terjadi memantik reaksi tokoh-tokoh masyarakat. Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengatakan penyerangan terhadap Wiranto merupakan perbuatan yang tidak beradab apapun motif dan alasannya. “Jelas kami kutuk. Penyerangan terhadap Pak Wiranto tidak bisa dibenarkan,” kata Robikin, kemarin.
Ia mengatakan Wiranto selaku Menkopolhukam merupakan pengemban amanah di bidang keamanan negara sehingga yang diserang adalah simbol negara. Itu artinya, yang diserang hakikatnya adalah keamanan negara dan masyarakat.
Menurut dia, segala macam tindakan kekerasan bukan merupakan ajaran. Oleh karena itu, jangan ada yang mengaitkan dengan agama. “Sekali lagi, jangan ada yang mengaitkan dengan Islam. Karena Islam adalah agama damai, rahmat bagi alam semesta atau Rahmatan lil alamin,” kata dia.
Robikin mengatakan Islam mengutuk segala bentuk kekerasan. Bahkan tidak ada satupun agama di dunia yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam mencapai tujuan.Untuk itu, dia mendukung penuh upaya dan langkah-langkah aparat keamanan untuk mengusut cepat dan tuntas motif, pola serta gerakan yang memicu terjadinya peristiwa tersebut.
“Mari kita mengambil pelajaran berharga dari peristiwa ini. Hati-hati mencari referensi, mengambil guru. Jangan berguru pada media sosial dan kelompok eksklusif. Cari lembaga pendidikan yang sudah terbukti mengajarkan nilai-nilai agama yang moderat dan toleran. Di sana banyak ulama dan kiai,” katanya. Ia juga mengingatkan agar dalam beragama jangan memilih guru hanya dengan melihat banyaknya jumlah follower akun media sosialnya.
Terpisah, Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan peristiwa penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menjadi peringatan (warning) bahwa cara kekerasan harus dihentikan, dan pentingnya penguatan pengamanan terhadap pejabat publik.