NGAMPRAH– Sejak berdiri Kabupaten Bandung Barat diusianya yang ke-12, masih kekurangan tenaga pustakawan. Padahal tugas mereka sangat strategis untuk meningkatkan minat baca di tengah masyarakat.
Pegiat Literasi Kabupaten Bandung Barat, Wildan Awaludin mengungkapkan, saat ini pengelolaan perpustakaan desa (perpusdes) dan TBM di sejumlah desa tidak maksimal lantaran minimnya tenaga pustakawan.
“Kalau lihat jumlah tenaga pustakawan memang masih kurang bahkan minim. Makanya sekarang itu, relawan di lapangan masih ada yang memiliki semangat dan rela tidak dibayar,” kata Wildan, Selasa (20/8).
Menurut Wildan, kekurangan pustakawan bisa diselesaikan dengan cara menyiapkan kader-kader dengan pendidikan dan pelatihan untuk menjadi pustakawan. Disamping itu, juga dibutuhkan peran-peran aktif mulai dari pegiat literasi, pemerintah dan pemerintahan di masing-masing desa. “Harapannya terlibatnya dari berbagai sektor itu, bisa menemukan solusi terbaik,” katanya.
Wildan juga mengatakan selain kekurangan pustakawan, yang menjadi masalah untuk dunia literasi di Bandung Barat masih minimnya koleksi buku bacaan, walaupun selama ini bantuan koleksi buku dari dinas terkait sebetulnya sudah diberikan ke sejumlah Perpusdes dan TBM.
“Namun, buku yang diberikan tidak beragam. Sementara masyarakat membutuhkan bacaan-bacaan yang beragam. Ibu-ibu misalnya, mereka sangat menggemari bacaan buku tentang masakan, yang pasti setiap bantuan buku bisa disesuaikan dengan kebutuhan bacaan masyarakat,” terang Wildan.
Meski demikian, Wildan mengatakan minat baca masyarakat di Bandung Barat sedikit-sedikit mulai meningkat. Terlebih, pemerintah daerah sudah mulai memperhatikan terhadap dunia literasi di Bandung Barat.
“Selain itu, faktor lainnya adalah menyusul gerakan-gerakan literasi di setiap desa, diantaranya adanya gerakan variatif. Membaca dan praktek hasilnya pun positif,” katanya.
Lebih lanjut Wildan menambahkan, dengan perkembangan teknologi yang cukup masif, itu juga berdampak positif pada meningkatnya minat baca masyarakat.
“Di era digitaliasi informasi begitu cepat, hasilnya cukup mempengaruhi masyarakat, termasuk dalam hal baca-membaca,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat juga masih kekurangan tenaga arsiparis. Padahal, saat ini tenaga arsiparis sangat dibutuhkan untuk penataan arsip di Kabupaten Bandung Barat.
Kapala Seksi Akusisi dan Pengolahan Arsip pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan KBB, Fenny Puspa Dewi mengakui dengan kondisi tersebut membuat penataan kearsipan di KBB selama ini belum maksimal. “Tenaga arsiparis sangat dibutuhkan untuk penataan dan saat ini kondisinya sangat minim,” pungkasnya. (drx)