Proses seleksi yang dilakukan cukup ketat. Tahapannya melalui seleksi paper, dari abstrak, kemudian full paper terakhir presentasi berupa vidio sebelum akhirnya presentasi di Korea.
“Iya, awalnya ada seleksi paper dulu, dari abstrak kemudian full paper, kemudian jika lolos harus membuat presentasi melalui vidio dan dikirimkan, nah setelah lolos baru berangkat ke Korea untuk presentasi hasil di sana dan awarding.” ujarnya
Doni melanjutkan, inovasi ini sebelumnya pernah diikut sertakan pada ajang Young Scientist Innovation Exhibition (IYSIE) yang digelar di Malaysia pada 8 hingga 12 Juli 2019 lalu dan mendapat perolehan medali perunggu.
“Tetapi waktu di Malaysia baru sebatas uji listrik, belum sampai pada pengembangan baterei. Baru tahap pengujian kelistrikan, nah karena ini invensi jadi pengembangan kedepannya apa, anak-anak tercetus bateri pada saat itu,” ujarnya
Waktu yang cukup singkat dalam proses pengembangan dari energi listrik ke baterei. Usai kompetisi di Malaysia Doni, dan kedua sisiwa yang dibimbingnya langsung melanjutkan riset untuk mengembangkan ampas kopi menjadi pasta untuk baterei.
“Jadi yang digunakan adalah baterei bekas, kemudian pasta atau arang dalam baterei dikeluarkan diganti dengan pasta dari bahan ampas kopi yang telah dikeringkang.” ujarnya
Dalam proses pengeringan membutuhkan waktu tiga hingga empat hari, untuk mendapatkan kelembapan ampas kopi yang pas. Jika terlalu kering maka tidak baik, dan terlalu lembab tidak baik, jadi memang harus benar-benar pas.
Dalam kesempatan yang sama, Rigel, siswa kelas 12 IPA 2 dan Zaqi, siswa kelas 12 IPA 1 menuturkan bahwa untuk kompetisi di Korea mereka hanya menargetkan untuk medali perak,
“Alhamdulillah kami mendapat lebih, mendapat medali emas,” kata Rigel.
Zaqi menjelaskan bahwa selama proses uji coba ada beberapa kendala yang mereka hadapi.
“Iya, ada kendala, pada saat melakukan pengeringan beberapa kali gagal, terus juga kendala pada fasilitas,” katanya
Zaqi melanjutkan, awal melakukan penelitian dia ingin memadukan untuk menghasilkan tenaga sel surya, tetapi ketika dicek kopi lebih banyak mengandung kalium dibanding sel surya.
“Jadi saya beralih untuk memfokuskan ke pengembangan listriknya,” ujarnya