Bu Mega memberi isyarat bahwa PDI-Perjuangan kan sudah tahu diri. Tidak mengganggu Jabar dan Banten. Kandangnya Pak Prabowo. Kok Jateng diganggu. Begitu kira-kira inti kalimat-kalimat beliau.
“Saya pun terpaksa menyerukan Jawa Tengah. Hayo! Bantengnya jangan hanya merumput terus. Asah tanduk kalian!” katanya. Hadirin kembali grrrr.
Beliau pun menyebutkan nama Puan Maharani. “Tahu nggak dia anak siapa? tanya Bu Mega saat kampanye di Jateng dulu. “Puan harus mendapat suara lebih 500.000,” tambahnya.
Tentu ini terkait dengan tipu-menipu tadi. PDI-Perjuangan akhirnya menjadi pemenang Pemilu. Puan Maharani terpilih menjadi anggota DPR dengan suara terbesar. Maka kali ini tidak akan mau lagi kalau Puan tidak jadi ketua DPR.
Begitu maksudnya.
Nama Prabowo sendiri mendapat tempat khusus di pembukaan kongres itu. Bukan saja di sebelah siapa ia didudukkan. Nama Prabowo disebut sampai lima kali dalam pidato satu jam lebih itu.
Di awal pidato pun nama Prabowo sudah disebut di kelompok ‘yang saya hormati’. Yakni setelah nama Presiden, Wapres Jusuf Kalla dan Wapres terpilih KH Ma’ruf Amin. Tidak ada lagi nama lain yang disebut.
Bu Mega perlu mengucapkan terima kasih pada kehadiran Prabowo. Yang, katanya, telah ikut menghangatkan kongres itu. Yang disambut grrrrr hadirin.
“Waktu saya bertemu yang heboh itu, sebenarnya saya hanya mengatakan… Mas.. apakah mau hadir kalau saya undang ke kongres,” ujar Bu Mega.
Hadirin gerrr lagi. Pak Prabowo pun berdiri dari kursinya. Agak lama. Sambil sedikit membungkuk. Dan menangkupkan dua telapak tangan di depan dadanya.
“Sekarang ini yang tidak diundang pun minta diundang. Begitulah kalau menjadi pemenang Pemilu,” guraunya.
Ups. Masih ada satu nama lagi yang disebut Bu Mega: Ahok. Yang juga hadir di kongres. Dengan jaket merah. Duduk di bagian tengah.
“Saya tidak mau panggil nama barunya…apa itu …,” kata Bu Mega sambil mengingat-ingat singkatannya. “Be… Ce.. Pe.. Basuki Cahaya Purnama. Sulit mengingatnya. Saya tadi sampai harus menghafal,” katanya.
“Saya tetap panggil Ahok sajalah. Kan namanya memang Ahok. Nama siapa pun… Aseng, Ahok.. Kalau sudah warga negara Indonesia ya Ahok-lah.”