Emil Terpesona Alam Bantaragung Majalengka

Ciboer Pass menjadi tempat yang asyik kala menikmati jingga di ujung hari. Diiringi lantunan adzan magrib, Ciboer Pass mengingatkan pada ungkapan bahwa Tanah Pasundan memang diciptakan Tuhan YME saat tersenyum. Ciboer Pass menjadi spot yang tepat untuk bertafakur mensyukuri segala pemerian Sang Pencipta.

Di atas batu alami Sungai Ciwaru, Emil yang memang seorang arsitek sempat mendesain konsep pariwisata bersama Bupati Majalengka, kepala desa, pokjarwis Agung Mandiri, serta Kepala Dinas Pemberdayaan dan Masyarakat Desa Jabar.

Melalui tangan dingin Gubernur Ridwan Kamil, Desa Bantaragung segera memasuki fase perkembangan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

“Insyaallah setelah ini kita akan promosikan Majalengka habis-habisan. Karena banyak objek wisatanya yang luar biasa, di pegunungan, air dan lain sebagainya,” kata Emil.

Desa Meraup Rp2 Miliar per Tahun

DESA Bantaragung, yang memiliki delapan objek wisata alam telah menghantarkan warganya ke pintu kesejahteraan. Asal tahu pendapatan Desa Bantaragung dari sektor pariwisata mencapai Rp2 miliar per tahun.

Objek yang menjadi andalan adalah Curug Cipeuteuy, Bumi Perkemahan Awi Lega, Batu Asahan, Bukit Batu Semar, Puncak Pasir Cariu, dan Terasering Sawah Ciboer Pass.

Masih ada dua objek wisata lain yang masih dalam tahap pengembangan. Salah satunya wisata hutan seluas 20 hektare di Desa Malarhayu. Pengembangan wisata berkolaborasi dengan Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor di bawah pembinaan Balitbangda Kabupaten Majalengka.

Lima tahun mengembangkan objek wisata, pendapatan desa Bantaragung meningkat signifikan. Selain itu, jumlah pengangguran di desa pun berkurang. Tercatat 800 warga desa sudah tergabung menjadi pengelola wisata.

“Apabila diakumulasikan, pendapatan desa dari delapan objek wisata alam ini sudah mencapai di atas Rp2 miliar. Semuanya itu kita kembalikan lagi kepada masyarakat, karena ini dibangun permodalannya dari masyarakat,” kata Kepala Desa Bantaragung Maman Surahman.

Berdasarkan data Pokdarwis Agung Mandiri, jumlah wisatawan Bantaragung mencapai 300.000 per tahun. Namun, tahun ini, kunjungan bisa saja meningkat. Pasalnya, per Juni 2019, wisatawan desa Bantaragung sudah mencapai 200.000.

Menurut Maman, dengan banyaknya wisatawan, pihaknya pun memberdayakan keluarga tidak mampu untuk menjadi homestay (rumah singgah). “Sampai saat ini sudah ada 370 rumah singgah (homestay) dengan tarif Rp 20 ribu-100 ribu per malam,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan