PURWAKARTA– Rencana pengembangan Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta sudah seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan menambah pendapatan daerah.
Gubernur Ridwan Kamil (Emil) disela-sela kunjungan kerjanya di Purwakarta mengatakan, saat ini Waduk Jatiluhur sudah dimanfaatkan untuk sumber irigasi, air minum, sarana perikanan, pembangkit listrik, pariwisata, dan budaya. Hal ini menjadi dimensi untuk mengembangkan areal yang luas danaunya mencapai 8.300 hektar.
Menurutnya, bendungan yang dibangun oleh kontraktor asal Prancis Compagnie française d’entreprise pada 1957 memiliki potensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai lima kali lipat. Sehingga, sudah selayaknya dijadikan Spesial Economic Zone (Sez) atau Kawasan Ekonomi Khusus.
“Hari istimewa karena saya konsentrasi melihat dengan kasat mata untuk kenaikan ekonomi wilayah ini,’’jelas Emil kepada wartawan di sela sela kunjungan kerjanya. (18/6).
Dia menuturkan, pengembangan Waduk Jatiluhur harus ditambah dengan dibuatnya pariwisata event, seperti paddle board competition, ada Jatiluhur Jazz Festival, dan lain- lain.
Sehingga, waduk terbesar di Indonesia itu dapat menjadi unggulan Jawa Barat di sektor pariwisata.
Emil mengatakan, kunjungannya ke Waduk Jatiluhur kali ini ingin melihat lebih dekat guna menganalisa dan menentukan master plan untuk pengembangan kawasan tersebut.
“Tiap lokasi dianalisa, mungkin di suatu titik bisa dibuat restoran, di titik lain ada pasar wisata, hotel terapung dan lain-lain,” katanya.
Terkait anggaran, Emil mengaku belum membuat perencanaan. Meski demikian, dia berharap proyek pengembangan Jatiluhur dapat dimulai awal 2020. Saat ini, kata dia, yang perlu dilakukan adalah menyebarkan informasi secara massif tentang aktivitas menarik di Jatiluhur. Dengan begitu para Investor akan tertarik.
Untuk mengembangkan Jatiluhur, Emil menyatakan bahwa pihaknya terbuka untuk para investor, baik dalam maupun luar negeri. Sebab, lanjut dia, investasi merupakan mesin pertumbuhan sekaligus sarana penyerap tenaga kerja.
“Di sini butuh kekompakan, korporasinya PJT II, wilayahnya Purwakarta, koordinasi dengan Pemdaprov (Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat), sampai (Pemerintah) pusat, semua harus koordinasi,” ucapnya.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) II Saifudin Nur mengaku senang karena Pemdaprov Jawa Barat paham betul akan potensi hidrologi di Tanah Pasundan. Jika potensi itu dikeluarkan, kata dia, perekonomian Jawa Barat dapat meningkat. Sebab, jalur hidrologi punya nilai tambah dan tak hanya digunakan sebagai sumber air baku dan pertanian.