Loly juga mengingatkan para Pejabat Pembuat Komitmen ruas soal pelanggaran Rumija seperti bahu jalan yang dipakai menjadi pasar tumpah. ”Misalnya Pasar Gembong di Balaradja kemarin. Minimal kita yang punya aset jalan menyurati terus dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Kondisi ini bahaya karena mempersempit jalan,” ujarnya.
Survey tersebut merupakan lanjutan peninjauan sebelumnya ke jalur Pantura Jabar. Kali ini turut mendampingi Direktur Jalan Bebas Hambatan Perkotaan dan Fasilitasi Jalan Daerah.
Sementara pada waktu yang bersamaan, Bina Marga mengutus tim survey kecil dari Subdit Analisa Data dan Penyiapan Sistem, Direktorat Pengembangan Jaringan Jalan untuk meninjau kesiapan mudik di jalur Jakarta – Bogor – Cianjur, adapun survei meliputi kesiapan kondisi jalan, Posko Lebaran dan aksesoris jalan.
Dimulai dari Jalan Raya Ciputat tim menemukan titik potensi kemacetan yang disebabkan oleh u-turn tepatnya di depan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian proyek tol Cinere – Serpong yang menggunakan bagian bawah jalan nasional sehingga dalam pengerjaannya harus menyiapkan trase baru dengan jumlah lajur yang sama.
Pada ruas ini juga terdapat titik rawan banjir pada akhir ruas Jalan Raya Ciputat yang disebabkan oleh tidak adanya drainase, untuk mengurangi potensi banjir telah disediakan 2 buah pompa.
Selanjutnya pada Jalan Raya Parung, terdapat titik pekerjaan overlay baru dan menunggu pemasangan marka jalan pada 20 Mei 2019. Selain itu Terdapat potensi kemacetan yang disebabkan oleh Pasar Parung dan angkutan umum yang tidak teratur.
Pada Jalan Raya Padjajaran – Jalan Raya Tajur – Jalan Raya Puncak – Cianjur
Dari keseluruhan ruas yang disurvei, kondisi perkerasan jalan siap melayani angkutan mudik. Namun kerapihan bahu jalan dan pengecatan marka masih perlu dilanjutkan. (*)