BANDUNG – Perwakilan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU) bersama Gerakan Pemuda (GP) Ashor Jawa Barat (Jabar) dan relawan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) Jabar menggelar diskusi pelajar putri peduli demokrasi. Kegiatan diikuti oleh perwakilan IPPNU Se-Jawa Barat dan perwakilan organisasi kepemudaan lainnya.
Ketua PW GP Anshor Jabar Deni Ahmad Haedar mengatakan,
pelajar harus bisa menjaga kondusiftas terhadap situasi pasca pemilu 2019 ini.
Menurutnya, saat ini pasca pemilu banyak sekali berkembang isu-isu meresahkan yang ditujukan kepada penyelenggara pemiku, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
“Banyak yang mengatakan bahwa KPU telah curang, ini adalah informasi menyesatkan,” kata Deni dalam diskusi PW IPPNU Jabar di Aula PW NU Jabar, Sabtu (20/04).
Untuk itu, dia mengajak kepada para pelajar di Jabar untuk menjaga kondusifitas dengan tidak menyebarkan informasi yang meresahkan tentang KPU.
“Mari kita jaga kedamaian di masyarakat bersama,” ucap Deni.
Dia menilai, keberadaan KPU itu diibaratkan seperti aquarium yang dapat dilihat dari sisi mana saja. Bisa dilihat secara transparan dan dapat dipantau oleh siapapun.
“Jadi seharusnya kredibilitasnya tidak diragukan lagi, KPU akan selalu menjungjung tinggi integritas penyelenggaraan pemilu ini,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Relawan TIK Jawa Barat. M. N. Fajar Muharom menuturkan, kebanyakan dari masyarakat luas hari ini mencari sebuah pembenaran. Namun kebenaran tersebut bukan bersumber dari informasi yang kredibel.
Untuk itu, agar terhindar dari informasi yang menyesatkan beberapa tips untuk menangkal hoaks perlu diterapkan adalah dengan memberikan informasi yang benar dari sumber kredibel.
“Salah satu cara paling efektif dan mudah untuk melawan hoax atau berita bohong di media sosial yakni dengan membanjiri media sosial dengan konten-konten yang postif dan membangun.” ujar Fajar.
(rls/yan)