Difa Bike, Layanan Transportasi Difabel untuk Difabel

Harga layanan Difa Bike Rp 2.500 per kilometer. Biaya masa tunggu per jam Rp 10 ribu. Rata-rata driver menunggu pelanggan bisa sampai tiga jam. Khusus untuk penumpang difabel yang hendak ke rumah sakit, Difa Bike memberikan layanan gratis.

Bagaimana jika yang naik penumpang nondifabel? Tetap harus ditunggu. Sebab, rata-rata tujuan penumpang non penyandang disabilitas itu berwisata di sekitar Jogjakarta.

Untuk merintis Difa Bike, Triyono menggandeng Sedekah Rombongan dan beberapa kolega pengusaha lain. “Saya kumpul-kumpulin jadi tiga, karena bikin boks itu satunya Rp 5 juta,” tuturnya.

Kendala awal mendirikan Difa Bike adalah belum adanya penumpang, sedangkan driver harus tetap dibayar karena mereka butuh uang untuk makan. Dalam sehari satu pengemudi dibayar Rp 20 ribu jika tidak dapat penumpang selama berbulan-bulan.

Beberapa sumbangan dari donatur dia alihkan untuk layanan itu. “Kadang mereka masih tetep ngasih Rp 5 ribu apa Rp 10 ribu, udahlah itu buat driver saja,” ujarnya.

Padahal, agar bisa total mengurusi Difa Bike, Triyono memutuskan untuk melepaskan berbagai bidang usaha yang sebelumnya digeluti. Keuangannya pun sempat anjlok. Tapi, dia mengaku tetap puas karena merasa bisa berguna bagi banyak orang.

Difa Bike sebentar lagi juga akan membuka layanan Difa Car. Itu untuk mengantisipasi perpindahan bandara Jogjakarta ke New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) di Kulon Progo yang jaraknya 43 km dari Kota Jogja. Dengan waktu tempuh sekitar 1-1,5 jam.

Nanti para driver Difa Car itu juga para difabel. Saat ini Triyono sedang mengampanyekannya melalui kitabisa.com untuk menggalang dukungan dari masyarakat. Bentuk mobilnya nanti tanpa kursi di belakang dan dilengkapi dengan ramp.

Layanan pemberdayaan masyarakat difabel lain adalah Difa Massage. Sebanyak 18 difabel tunanetra bersertifikat dalam memijat akan dilibatkan. Khusus layanan transportasi untuk difabel, menurut Triyono, hingga kini masih menjadi satu-satunya di dunia. Kedutaan besar sejumlah negara juga pernah menyambangi. Salah satunya Inggris.

“Mobilitas yang memberdayakan difabel ya cuma Difa,” katanya mantap.

Itu pun Triyono belum berhenti. Masih berusaha terus mencari tawaran solusi untuk berbagai kendala yang dihadapi penyandang disabilitas. “Mungkin nanti garap e-commerce,” katanya.

Tinggalkan Balasan