Tak hanya itu, prestasi yang diraih dengan memecahkan rekor ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan non militer, seperti membantu korban saat bencana alam terjadi. Karena, kata dia, saat menghadapi medan dan cuaca ekstrem, Kopassus harus ikut andil membantu bencana alam di Indonesia.
“Salah satunya dengan terjun dengan membawa tandem dokter, logistik obat atau alat perhubungan, mereka bisa terjun disuatu tempat yang pada saat itu bandara tidak buka dan situasi ekstrem, sehingga hanya satu-satunya dengan cara diterjunkan,” terangnya.
Sementara itu, Komandan Regu Penerjun, Kolonel Inf Yudha Airlangga menambakan, untuk membentuk formasi di atas udara dan membentangkan bendera bukanlah suatu hal yang mudah.
Saat melakukannya, kata dia, penerjun hanya memiliki waktu 8-10 detik untuk membentangkan bendera, sebelum akhirnya dilepas dan terjun memisah serta membuka parasutnya di ketinggian sekitar 5.500-4.500 kaki.
“Kalau lebih dari 10 detik itu akan membahayakan, resikonya tinggi bisa terjadi saling tabrakan antar penerjun dan terbelit bendera. Karena setelah dibentangkan, penerjun harus berpencar dan mengembangkan parasutnya masing-masing,” ujar Yudha.
Menurutnya, untuk terjun ini tergantung dari dukungan pesawat, cuaca dan trafik udara.
“Kami sempat latihan di Pakansari Bogor. Risiko bertabrakan itu pasti ada, bahkan hingga insiden terbelit bendera ketika terjun,” katanya.
Bersamaan dengan kegiatan pemecahan rekor tersebut, sebelumnya dilaksanakan acara penutupan pendidikan Wing Day Paradasar 263 Taruna Akmil tingkat IV dan penutupan terjun bebas militer siswa satuan TNI AD dari Kopassus dan Kostrad. (drx)