Debat M&S

Saat itulah Anies menguraikan NPD. Dengan sangat bagusnya. Ia beberkan neraca masing-masing kabupaten/kota. Seperti neraca keuangan. Tapi ini neraca pendidikan.

Saya begitu ingin menulis apa yang dipaparkan Anies saat itu. Rakyat harus tahu. Para bupati/walikota harus tahu.

Tapi Anies minta semua data tadi dirahasiakan. Mengapa? Sangat mempermalukan kabupaten yang neracanya merah. Beberapa di antaranya kabupaten di Jatim. Yang dipimpin agamawan.

Ia memilih akan membicarakannya dengan para bupati bersangkutan dulu. “Ini kan baru pertama neraca kabupaten/kota dinilai. Mereka harus diberi waktu untuk berbenah,” katanya.

Saya menyesal tidak bertanya saat itu: apakah NPD itu idenya sendiri, ide tim ahli di kementeriannya, atau ide presiden yang harus ia laksanakan.

Saya merasa tidak penting menanyakan itu. Saya keburu yakin itu idenya sendiri. Bukankah ia seorang intelektual yang sangat konsen di bidang pendidikan?

Kemarin malam Sandi unggul pada pembicaraan soal susu ibu. Padahal topik ini berasal dari pertanyaan Kyai Ma’ruf. Soal program Sandi yang disebut ‘sedekah putih’. Untuk anak-anak yang kekurangan asupan susu ibu.

Kyai Ma’ruf bicara pada tataran doktrin. Bayi harus disusui ibunya selama dua tahun.
Sandi menunjukkan realitas. Kenyataannya tidak semua ibu mampu menyusui bayinya selama dua tahun.

“Istri saya sendiri contohnya,” ujar Sandi. Sambil menunjuk sang istri. Yang duduk di barisan depan. Sang istri berdiri.

Sandi pun bercerita: istrinya itu hamil lagi. Untuk ketiga kalinya. Saat usia sang istri 42 tahun. Tiba-tiba terjadilah. Saat bayinya, Sulaiman, berumur 6 bulan, air susu dari sang ibu tidak keluar lagi.

Maka diperlukanlah sumbangan susu dari orang lain. Dengan program ‘sedekah putih’.

Menjadikan istrinya sebagai contoh itu sangat menghidupkan forum. Juga sangat manusiawi. Mengena di hati ibu-ibu.

Lebih menarik simpati lagi ketika Sandi menegaskan ‘Ini bukan soal Prabowo-Sandi. Ini bukan soal menang kalah. Ini soal besar, bangsa kita’.

Yang Sandi juga mengesankan adalah ini: saat ia merogoh saku. Sambil minta hadirin mengeluarkan dompet masing-masing. Lalu mengeluarkan e-KTP. Cukup satu e-KTP untuk segala macam fasilitas. Tidak perlu banyak kartu. Seperti yang ditawarkan Ma’ruf.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan