Hakka

Dahlan Iskan
Oleh: Dahlan Iskan
0 Komentar

Chun Mie terpilih. Mewakili partai yang dipimpin ekonom terkemuka itu: Syahrir. Almarhum. Dia mendapat suara terbanyak. Untuk seluruh Singkawang. Sampai suaranya meluber ke calon lain. PIB sampai mendapat enam kursi di Singkawang.

Tapi partai itu hanya mendapat suara kurang dari 2 persen. Secara nasional. Tidak bisa ikut pemilu berikutnya. Nama Chun  Mie terlanjur top. Sebagai pendulang suara. Apalagi dia tidak cacat. Selama menjadi wakil rakyatnya.

PDI-Perjuanganlah yang berhasil merayunya. Untuk pemilu berikutnya. Kembali mendapat suara terbanyak. Lalu terpilih sebagai ketua DPRD. Chun Mie sudah tahu apa yang akan terjadi berikutnya: diincar jadi calon walikota. Pagi-pagi dia sudah memberi sinyal untuk tidak berminat. Dia buat pernyataan bermeterai: tidak bersedia dicalonkan siapa pun. Dia edarkan pernyataan itu.

Baca Juga:Garuda Muda Gagal Raih KemenanganBarcelona Miliki Ujian Besar di Liga Champions

Tapi Chun Mie luluh di tangan Megawati. Jadilah walikota seperti sekarang. Mengalahkan tiga pasang lainnya. Dengan suara mendekati 40 persen. Dalam penantian pelantikan itu Chun Mie ingin ke Amerika. Visanya harus diurus di konsulat Surabaya. Dia tidak begitu mengenal kota Pahlawan itu. Meski sudah tahu walikotanya juga wanita. Hebat pula.

Pun masyarakat Tionghoa Surabaya sudah mendengar. Chun Mie terpilih menjadi walikota. Ikut bangga. Saat mendengar Chun Mie mau ke Surabaya diaturlah. Untuk bisa makan malam bersama. “Saya pikir makannya dengan satu dua orang. Ternyata ratusan orang. Diacarakan di gedung pertemuan,” kenang Chun Mie.

Chun Mie sangat terkesan dengan sambutan di Surabaya  itu. Dia ceritakan pada saya dengan semangatnya. Terutama banyaknya yang ingin membantu. Agar bisa jadi walikota yang sukses.

“Ada yang secara spontan membantu menaikkan haji  warga Singkawang. Tiap tahun lima orang,” kata Chun Mie. “Tahun ini sudah bisa berangkat haji. Saya pilih pengurus masjid yang benar-benar miskin,” tambahnya.

Chun Mie minta stafnya untuk memotret wajah donatur tersebut. Dari berbagai sudut. “Fotonya sering saya lihat. Agar ingat wajahnya,” kata Chun Mie. “Saya malu kalau ketemu di jalan tidak ingat beliau,” tambahnya.

Kalau orang Singkawang, katanya, ingat semua. “Ini kan orang Surabaya. Yang begitu asing bagi saya,” katanya.

0 Komentar