BANDUNG – Teriakan Prabowo kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil oleh supporter dalam laga Persib Bandung kontra Arema FC di Stadion Si Jalak Harupat, Senin (18/2) menjadi preseden buruk bagi netralitas dan sportivitas olahraga. Khususnya sepakbola.
Pengamat sepakbola nasional Sarman El Hakim atau akrab disapa Bang Sarman menilai, kejadian yang menimpa Ridwan Kamil bukan kali pertama terjadi. Beberapa saat lalu, teriakan Prabowo dan 2019 Ganti Presiden juga beberapa kali terjadi di stadion Gor H Agus Salim Padang.
”Bukan kegagalan ya, tapi PSSI sebagai pengelola Liga Indonesia tidak punya visi memproteksi netralitas sepakbola. Tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat tentang isu yang berkembang. Akhirnya terjadilah seperti itu,” kata Bang Sarman kepada Jabar Ekspres, Senin (18/2).
”Sebab, kondisi saat ini, sepakbola tidak hanya digiring ke politik, namun netralitas sepakbola juga sempat digiring ke isu agama, Save Palestine,” sambung Ketua Umum Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) itu.
Menurut dia, liarnya supporter tersebut menjadi bukti tidak profesionalnya PSSI. Tidak memikirkan A sampai Z tentang sepakbola Indonesia.
Pria yang mengaku sudah 11 tahun mempelajari sepakbola dalam dan luar negeri tersebut menilai, liga di Indonesia itu paling aneh. Sebab, hal-hal yang tidak terbayangkan bisa terjadi di lapangan.
”Supporter itu ada koordinatornya kan. Seharusnya bisa diantisipasi, dicegah. Sebab, utamanya, supporter ini, di mana pun bukan orang sembarangan,” paparnya.
Dia menilai, PSSI selama ini tidak punya perencanaan yang jelas tentang sepakbola Indonesia. Khususnya yang mengikat supporter untuk tetap disiplin menjaga netralitas.
”Ketika faktor kesengajaan sudah terjadi sekali. Maka, saya yakin akan terjadi lagi, nanti. Jika itu terjadi, maka sepakbola Indonesia sudah jauh dari harapan,” tandasnya.
Sementara itu, Pengamat Politik Unpad Muradi mengatakan, dalam euforia pesta demokrasi semua hal bisa terjadi. Sayangnya, hal tersebut kadang diungkapkan tidak pada tempatnya.
”Jika masalah olahraga dicampur politik, maka penyelenggara bisa kena sanksi. Bahkan, paling keras, jika tim tuan rumah menang, bisa didiskualifikasi,” kata Muradi.
Muradi menerangkan, jika memang terbukti ada kesengajaan, maka beberapa pihak harus terlibat untuk menginvestigasi hal tersebut. Salah satunya Bawaslu.