Imlek selalu istimewa. Tradisi memandikan arca atau replika dewa-dewi tak pernah mati digerus zaman.
IMAM RAHMANTO, Makassar
Kain merah menyelubungi bagian depan bangunan berbentuk ruko itu. Jarak pandang dibatasi hanya setinggi dua meter. Meski begitu, tak sulit menandai bangunan yang berdempet itu. Ya, itu merupakan vihara. Penampilannya mencolok. Hiolo emas raksasa kukuh berdiri di depannya. Satu-satunya bagian vihara yang tak kena selubung kain merah.
Lantunan tembang Tionghoa juga mulai mengalun dari dalam gedung. Tembang itu diselingi rapalan sutra. Orang-orang berpakaian putih mondar-mandir masuk vihara. Mereka berkumpul. Teratur sesuai arahan pimpinan vihara, Felix Wuisan. Beberapa tangkai bunga tak luput dari tangan masing-masing.
Hal itu menjadi momen pembuka memandikan rupang (replika) dewa-dewi di Vihara Istana Avalokitesvara, Minggu, 27 Januari lalu. Ritual tahunan sebagai akar tradisi dalam menyambut imlek. Waktunya, setiap tanggal 24 di akhir bulan kalender Tionghoa. Hanya saja, prosesi di vihara itu berlangsung dua hari lebih cepat.
”Kami sesuaikan dengan waktu Locu dan anggota. Karena kami mau datangkan semua anggota (vihara) agar bisa bekerja sama dengan baik dalam membersihkan vihara dan memandikan arca dewa,” ungkap Felix, yang ditemui usai memandikan 50 replika kecil dewa-dewi umat Budha.
Sekira 30 anggota vihara pun bahu-membahu memandikan arca kehormatan itu. Tak sembarang orang bisa menurunkan arca dewa dari atas altarnya. Hanya 12 Locu terpilih yang diperbolehkan menurunkannya melalui ritual pembuka dan pembacaan sutra suci. Bahkan, mereka harus menunggu rupang kosong dari roh yang mendiaminya.
Roh dewa-dewi itu diantarkan menuju langit. Mereka dipercaya membawa semua catatan baik dan buruk manusia di dunia untuk dilaporkan kepada raja langit. Rupang atau arca yang ditinggalkannya baru bisa dimandikan setelah kosong. Tak ada yang berani menyentuhnya jika dewa-dewi masih bersemayam di dalamnya.
”Ada 11 dewa utama yang masing-masing punya Locu. Namun, khusus Dewi Kwan Im punya dua Locu karena di yang paling besar acaranya. Ditambah lagi, Dewi Kwan Yin merupakan tuan rumah dari vihara ini,” jelas pemilik Rumah Makan Apong ini.