BANDUNG – Dinas Kesehatan Kota Bandung saat ini konsen dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai permasalahan gizi buruk dan stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Henny Rahayu mengungkapkan, sosialisasi ini dilakukan untuk melindungi warga terhadap kedua masalah gizi itu dari hulu hingga ke hilir.
“Kita merancang program antisipasi dan pencegahan gizi buruk sejak jauh sebelum kehamilan hingga setelah bayi lahir. Karena persoalan gizi ini kompleks dan panjang,” jelas Henny kepada wartawan di Balai Kota kemarin. (27/1).
Dia menuturkan, ada tiga kelompok rentan terkena masalah gizi, yaitu bayi, balita, dan ibu hamil. Namun, untuk faktor pertama adalah masalah ekonomia atu ketidakmampuan keluarga untuk membeli makanan dengan gizi yang cukup bisa menyebabkan ketiganya kekurangan gizi.
Selain itu, faktor lingkungan juga berdampak besar bagi keterpenuhan gizi, terutama soal kebersihan. Prinsipnya, lingkungan yang sehat akan membuat penghuni turut sehat.
“Kalau bayi, balita, atau ibu hamil misalnya terkena bakteri dari lingkungan yang kotor, air yang tidak bersih, bisa kena infeksi. Dampaknya bisa kena diare. Diare terus menerus itu bisa membuang gizi-gizi dari makanan yang seharusnya diserap oleh tubuh,” papar Henny.
Faktor ketiga adalah pendidikan dan pola asuh. Hal ini bisa terjadi apabila orang tua tidak secara penuh memperhatikan tumbuh kembang anaknya.
“Biasanya kasusnya kalau anaknya diasuh oleh asisten. Kalau orang tua kan kalau anak enggak mau makan makanan sehat akan mengupayakan agar tetap bisa masuk bagaimanapun caranya. Kalau oleh asisten bisa jadi anak nggak mau makan, dibiarkan. Atau dikasih makanan lain yang kesehatannya tidak terjamin biar anaknya diam,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk menjaga agar tidak terjadi gizi buruk, Dinkes Kota Bandung melancarkan empat program komprehensif sejak para calon ibu masih remaja hingga setelah anak lahir sampai beranjak balita. Program tersebut dimulai dengan pemberian vitamin penambah zat besi kepada siswi SMP dan SMA setiap seminggu sekali selama satu tahun.
“Untuk mempersiapkan wanita usia subur dan tidak menjadi ibu hamil kurang gizi kita memberikan tablet tambah darah di remaja putri SMP dan SMA, terutama yang memiliki gejala anemia,” papar Henny.