JAKARTA – Isu pemberantasan korupsi menjadi perhatian publik terhadap dua calon presiden di Pilpres 2019. Sebab, dampak dari tindak pidana itu dianggap sangat sistemik.
Politikus Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi berpendapat, jangan menyederhanakan soal kasus korupsi. Apalagi menganggap hal wajar jika uang dikorupsi mantan koruptor itu tidak seberapa.
”Capres jangan mempertontonkan kepada publik seberapa rendah komitmennya terhadap antikorupsi,” ungkap Dedek Prayudi, kemarin (24/1).
Pernyataan Dedek itu merespons pernyataan capres Prabowo Subianto pada debat pertama, Kamis (17/1) lalu. Ketika itu capres nomor 02 tersebut menyatakan sebuah kewajaran apabila eks napi korupsi diusung sebagai caleg, asalkan uang yang dikorupsi tidak seberapa.
”Saya menilai beliau (Prabowo) mendukung koruptor untuk tetap berkiprah di jagad politik nasional. Ini adalah soal efek ancam bahwa sekali kamu korupsi, maka karir politikmu tamat,” imbuhnya Dedek.
Untuk itu, anggota tim kampanye nasional (TKN) itu mengingatkan komitmen antikorupsi Prabowo sebagai capres. ”Saya menolak menyebut eks napi korupsi sebagai eks koruptor. Seorang pembunuh saja sudah selesai menjalani hukuman saja tetap disebut pembunuh, bukan eks pembunuh,” terangnya.
Dedek mengingatkan tentang bahaya korupsi. Walaupunjumlahnya kecil, korupsi tetaplah racun bagi peradaban berdemokrasi di Indonesia. ”Korupsi bukan soal besar kecilnya, korupsi adalah soal dampak sistemik. Tidak peduli besar atau kecil uang yang dikorup,” bebernya. (bbs/rie)