Catatan lain dari Titi adalah jam tayang debat yang terlalu malam. Dia menuturkan, Indonesia memiliki tiga zona waktu, dan Jakarta berada di zona terakhir. ”Kalau jam delapan malam, itu jam 10 di Indonesia Timur. Sehingga selesainya jam 12 malam,” lanjutnya.
Menurut Titi, sebaiknya debat dimajukan setidaknya menjadi pukul 19.00 Wib atau 21.00 Wit. Bila maju menjadi pukul 18.00, akan banyak tudingan karena waktunya mepet dengan jadwal salat. ”Kami sebenarnya di awal mengusulkan debat diselenggarakan mewakili tiga wilayah besar Indonesia. Barat, Tengah, Timur,” tambahnya.
Terpisah, Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, dengan melunaknya KPU tentu ini menjadi angin segar. Dan harapannya menjamin debat kedua berlangsung lebih seru dan sengit.
”Dari suguhan di debat pertama sudah tampak mana saja yang perlu diperbaiki. Sehingga, debat kedua para kandidat bisa dikuras lebih maksimal,” ujar Hendri.
Salah satu catatan utama dalam debat pertama adalah suasananya yang terlalu kaku. Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menyarankan agar debat kedua dan seterusnya diatur dalam nuansa yang lebih rileks. ”Kalau buat paslon seharusnya santai saja, tidak usah terlalu tegang juga,” timpalnya.
Pada debat pertama 17 Januari lalu, suasananya tampak cukup tegang meskipun di akhir sesi debat kedua paslon tampak bergenmbira dan berpelukan. Moderator misalnya, menurut Hendri sudah menjalankan tugasnya dengan baik. namun, kekakuan masih tampak terlihat pada mereka saat membawakan debat.
Selain itu, dia mengingatkan para kandidat bahwa debat adalah pertunjukan televisi. Karena itu, penampilan, sikap, gesture, dan tindakan para kandidat juga akan diperhatikan publik. ”Paslon ini perlu lebih serius dari sisi entertaining,” lanjutnya.
Hendri menyarankan tim sukses kedua paslon membuat kajian entertainment. Minimal mengkai baik tidaknya penampilan para kandidar pada debat pertama. Misalnya, Tim Kampanye Nasional 01 bisa mengkaji apakah intonasi capres Joko Widodo saat itu disukai oleh publik atau tidak. ”Kalau disukai, ya silakan diteruskan,” ucapnya.
Sama halnya dengan Badan Pemenangan Nasional 02, bisa dikaji apakah gerakan joget capres Prabowo Subianto disukai publik atau tidak. bila masyarakat suka, maka ciri khas itu bisa dipertahankan di debat kedua.