Program harus menjawab persoalan publik. Peserta debat mendapat penilain bagus dari publik bila program tersebut konkrit, baik dari aspek capaian, pendanaan, proses dan interval waktu yang operasional. Demikian sebaliknya. “Program ibarat peluru yang dilontarkan ke peta kognisi semua khlayak,” ujarnya.
Dalam retorika ini, peserta debat akan mendapat penilaian yang baik dari khalayak bila betul-betul menguasai materi yang disampaikan, menarik perhatian dan menimbulkan simpati, serta dapat diterima akal sehat masyarakat. “Demikian sebaliknya. Jadi, diperlukan strategi retorika yang jitu untuk dapat memenangkan pertarungan debat,” katanya.
Selain itu, kata dia, akting juga perlu. Akting yang bagus akan mendapat pujian yang baik dari publik. Misalnya, cara berpakaian, berdiri, pandangan mata, posisi dan gerakan tangan serta kaki, intonasi suara, dan sebagainya. “Demikian sebaliknya. Karena itu, acting harus dikelola dengan baik,” lanjut Emrus.
Argumentasi yang berbasis pada rasionalitas sangat penting. Misalnya, mengatakan bahwa hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas. Pendapat ini harus disertai dukungan fakta, data, bukti hukum yang sudah teruji viliditasnya dan disertai dengan argumentasi yang rasional.
“Bila tidak, bisa mendapat serangan balik dari lawan debat,” tuntas direktur eksekutif EmrusCorner, itu.(Boy/jpnn)