JAKARTA – Polda Metro Jaya melakukan pemeriksaan secara marathon terhadap 17 saksi terkait teror yang dialami Ketua KPK Agus Raharjo dan Wakil Ketua Laode M. Laode M. Syarif, kemarin (10/1).
Pemeriksaan 17 saksi itu dilakukan di dua lokasi berbeda. Sebelas saksi dari masyarakat yang berada di lokasi rumah Laode, Jalan Kalibata Selatan, Jakarta Selatan. Sementara enam saksi lainnya rumah terdekat Agus Rahajo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Bekasi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono menerangkan, ada kemungkinan saksi bertambah. Ini untuk menentukan akurasi data awal yang diperoleh. ”Untuk 11 dari keluarga korban, orang yang tinggal di situ, saksi yang jualan didepan rumah korban, dan tetangga kanan, kiri korban. Dan beberapa saksi mengaku mendengar pecahan gelas dan suara motor melintas,” kata Argo.
Salah satunya, saksi penjual bubur disana mengaku melihat ada orang datang ke tempat berjualannya. Orang tersebut diketahui menanyakan rumah ketua RT dan rumah Agus.
Sementara itu, mendengar adanya teror yang ditujukan kepada pimpinan KPK tersebut, mantan juru bicara KPK, Johan Budi, mengaku tak kaget dengan hal itu. Dia malah bercerita, dulu saat dia masih menjabat sebagai juru bicara di KPK, dirinya juga pernah diteror.
Johan kembali membuka memorinya ketika dia menerima teror saat masih menjabat sebagai juru bicara KPK. Meski pengamanan kepada para pejabat KPK telah diperketat, namun tetap saja mereka tidak bisa diawasi 24 jam penuh.
”Mungkin di sela-sela itu ada pihak-pihak yang tidak suka kepada KPK, kepada siapapun, kepada pimpinan, apakah ke penyidik, apa ke pegawai, itu melakukan intimidasi yang tujuannya bisa bermacam-macam, intimidasi itu ancaman itu,” kata Johan, kemarin.
Dia juga mengaku, kejadian teror kepada para pejabat KPK juga pernah dia alami. Saat itu, Johan sedang mengendarai mobil ketika mobilnya pernah ditabrak oleh seseorang. ”Pernah itu naik mobil. Ditabrak dari samping itu, saya gak tahu itu bagian dari teror apa gak ya. Tapi saya pernah mengalami itu,” ujar Johan.
Selain itu, Johan mengaku bahwa selang radiator mobil pernah digunting oleh seseorang. Menurutnya, karena pekerjaannya cukup berisiko, sehingga banyak yang tidak suka. ”Anda tahu pekerjaan saya kan dulu mengumumkan tersangka, tentu banyak orang yang tak suka, ada pihak-pihak yang tak suka,” ungkapnya.