CIKANCUNG – Sebanyak 15 ribu pohon endemik dan buah-buahan dilakukan penanaman secara masal olah para petani Sunda TNI, Polri, Pencinta Alam, PPTC Jawa Barat, Komunitas motor trail dan masyarakat.
Tim Paguyuban Tani Sunda Hejo, Hamzah mengatakan, sedekah alam ini cara memberikan perhatian terhadap alam dengan melakukan penanaman pohon khususnya lahan kritis yang berada di area pegunungan.
Dalam pelaksanaanya, pihaknya mengajak berbagai komunitas untuk ikut andil dan berpartisipasi Sehingga memiliki manfaat baik sisi ekologi maupun sisi ekonomi.
” Kita sudah lima tahun menjalani penghijauan ini, dan akan terus melakukan penanaman disetiap tahunnya,” ungkap Robet saat ditemui di lokasi penanaman belum lama ini.
Dia menilai, melakukan penanaman pohon bukan saja menyalamatkan lingkungan, akan tetapi bagian dari sedekah. Sebab, menanam pohon memberikan manfaat bagi alam dan mahluk hidup.
Menanam pohon bisa mengantisipasi berbagai bencana alam seperti longsor dan banjir. Selain itu, menambah produktivitas oksigen dan sebagai serapan air yang dibutuhkan oleh manusia.
Selain itu, manfaat dari sisi ekonom, pohon endemik bisa menghasilkan komoditi buah-buhan yang hasilnya bisa dijual, sehingga menambahk penghasilan.
Setelah dilakukan penanaman, perawatan terhadap pohon yang sudah ditanamnya akan terus dilakukan. Harapannya pohon ini dapat terus tumbuh menjadi besar.
Untuk melakukan perawatan ini pihaknya membentuk komunitas di setiap kampung dan desa dengan membangun simpul-simpul dari masyarakat agar menjadi penggiat lingkungan atau menjadi generasi petani.
Sementara itu, Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Noer Fauzi Rachman Phd, mengatakan sangat antusias adanya penanaman pohon sedekah alam ini. Sebab dalam jangka 25 tahun pohon ini akan memiliki manfaat besar.
Dia menuturkan, satu pohon bisa menampung air sebanyak ratusan liter air, sehingga jika pohon itu ditebang maka layanan 300 liter yang ditahan itu akan hilang.
Noer mengatakan, wilayah kabupaten Bandung sebetulnya sehak jalan Belanda ditanami kopi perkebunan-perkebunan teh, kina. Setelah itu pada 1942 pemerintah Jepang datang dan merubah ini semua menjadi kebun sayuran dan beras.
’’Sehingga rakyat pun melakukan penanaman sayuran, sehingga hutan menjadi perkebunan sayuran,’’ terangnya.