Berbagai cara untuk menarik kunjungan wisata dilakukan pihak pengelola. Salahsatunya bersinerginya Antara pengelola wisata dengan komunitas fotografi dan seni yang ada di wilayah Sumedang dengan konsep Nyaba Ka Sumedang. Menampilkan kearifan lokal yang ada di wilayah Sumedang terutama Citengah dan sekitarnya.
IGUN GUNAWAN, Sumedang
DUA perempuan berkebaya khas mojang Sunda Tempo Doeloe, duduk di depan saung. Seorang diantaranya tengah menampi beras dengan menggunakan nyiru, lainnya memegang boboko. Boboko itulah yang nantinya akan dijadikan tempat untuk menampung beras yang bersih dari gabah setelah mengalami proses tampi.
Pemandangan ini sudah jarang terjadi, apalagi di era modern seperti saat ini. Semua sudah tergantikan oleh mesin. Pantas jika adanya lokasi yang menampilkan suasana tempo doeloe, seperti Sapatapaan, menjadi incaran para tukang foto untuk mengabadikan dan tentu saja memperkenalkan kearifan lokal pada generasi selanjutnya.
Seperti dilakukan Rochman Saefudin dan kawan-kawannya, hari itu dia tengah melakukan pemotretan di Saung Sapatapaan. Saung ini menurut Wasman, perpaduan Antara leuit (tempat menyimpan padi, Red.) dan capit gunting.
Lewat fotografi itulah menurut pria yang akrab dikalangan juru foto dengan panggilan Uje itu, sebagai media untuk memperkenalkan potensi daerah ke masyarakat luas.
”Lewat fotografi wawasan masyarakat akan lebih terbuka dan tergambar. Di Sumedang secara topografi merupakan wilayah agraris, paduan gunung, sawah dan sungai menjadi sebuah nilai estetika tersendiri. Nah lewat fotografi ini lah kami ingin memperlihatkan potensi wisata alam yang ada di Sumedang,” kata Uje pada Jabar Ekspres di sela rehat.
Uje menyebutkan Sumedang memiliki kekayaan budaya yang belum banyak tergali secara keseluruhan. Dia berharap dengan adanya komunitas fotografi dapat menjadi elemen penting untuk setidaknya dapat menyokokong destinasi wisata. Apalagi Sumedang telah kandung mendeklarasikan diri sebagai Puseur Budaya Sunda, sehingga kearifan-kearifan lokal yang ada kaitannya dengan kasundaan sudah selayaknya ditampilkan.
”Di Sapatapaan kami gabungkan tiga elemen, yaitu arsitektur Sunda alam Sumedang dan prilaku masyarakat Sunda yang menjadi konsep wisatanya. Dan kami memanggilnya Nyaba Ka Sumedang, sebuah wisata yang berkonsepkan figur urang Sunda berbaur dengan alam dan lingkunganya dan disajikan dalam bentuk foto,” tambahnya.