Tak Setuju ODGJ Masuk dalam DPT

BANDUNG – Partai Bulan Bintang (PBB) menilai bila terbitnya Peraturan KPU yang memasukan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) ke dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) kekeliruan memahami sistem demokrasi.

Ketua DPC PBB Kabupaten Bandung Nasrun Hudaya mengatakan dalam pesta demokrasi kewarasan setiap pemilih menjadi hal yang harus terperhatikan. Apalagi ini menyangkut nasib bangsa beberapa tahun ke depan.

”Kalau kami melihat PKPU nomor 11 tahun 2018 tidak selaras dengan azas demokrasi karena akal sehat ikut melekat didalamnya,” ujar Nasrun seperti dilansir laman RMOLJabar, kemarin (3/12).

Meski aturan itu terbit lantaran berpangku pada Hak Asasi Manusia (HAM), Nasrun memandang tetap ada pengecualian seperti lahir batin para pemilih terjaga. Hal itu agar gelaran Pemilu tetap pada marwahnya.

”Kami khawatir (PKPU nomor 11) itu hanya untuk mencari-cari anggaran saja. Karena memang kan seperti itu. Setiap tahapan kan sudah terpetakan. Mulai dari sosialisasi, pelatihan, dan yang lainnya,” kata Nasrun.

Sebetulnya, tambah Nasrun, bila dilakukan perbandingan tahapan Pemilu tahun 2019 lebih baik dari periode lalu. Salah satunya dari segi transparansi dan komunikasi antar penyelenggara dengan pe­serta Pemilu.

”KPU dengan parpol khus­usnya di ibukota Soreang bahkan lebih intens melaku­kan pertemuan sering men­gobrol, saling meminta tang­gapan bila ada aturan baru. Kami pun sering dikumpulkan,” tandasnya.

Politisi dari Partai Gerindra, Rachel Maryam, menilainya tak rasional. Menurut dia, secara pribadi, Rachel pun sangat tidak setuju dengan adanya aturan yang telah dituangkan dalam PKPU no­mor 11 tahun 2018 tentang penetapan DPT itu.

”Terus terang kurang setuju (ODGJ masuk DPT). Karena walau bagaimana pun orang yang memiliki gangguan jiwa itu tidak bisa mempertang­gung jawabkan tindakannya sendiri,” ujar Rachel.

Menurut Rachel bila meng­acu kepada azas demo­krasi memang semua ma­syarakat bebas dalam me­nentukan pilihannya ter­masuk dalam ajang Pemilu yang akan digelar tahun depan.

”Demokrasi memang one man one vote. Semua orang bebas memilih. Tapi kan makna dari bebas memilih itu ada klasifikasi orang yang dengan sadar memilih. Bila orang yang tak sadar bagai­mana?” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan