CIMAHI– Keberlangsungan Wisata Militer Heritage di Kota Cimahi yang akan dilaunching pada 15 Desember mendatang diragukan bisa bertahan lama. Sebab, masyarakat yang dilibatkan untuk mengelola wisata tersebut dinilai belum bisa disebut profesional. Ditambah soal kemasan suguhan wisata bagi pengunjung belum jelas.
”Wacana ini kan sudah lama digaungkan, tapi diundur terus selama beberapa tahun. Kami dari Tjimahi Heritage, merasa pesimis ini bisa bertahan dan bisa sukses, karena pengelolanya tidak profesional,” ujar Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Mahmud Mubarok, saat dihubungi, Minggu (2/12).
Dia mencontohkan, pemandu wisata yang disiapkan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) selaku inisiator, bukan orang yang punya kualifikasi pada bidangnya.
”Sah saja melibatkan mojang atau jajaka, tapi bukan sebagai pemandu wisata. Mereka tidak paham heritage militer itu seperti apa. Memang ada pembekalan, tapi apa yang mau didapat hanya dengan tiga hari pembekalan. Masa pemandu wisata hanya jualan fisik, kan tidak bisa begitu,” tuturnya.
Sebelumnya, Disbudparpora sendiri pernah menghubungi komunitasnya untuk diminta terjun sebagai pemandu wisata, mengingat komunitas Tjimahi Heritage merupakan komunitas yang sangat konsen dalam lingkup tersebut.
”Bisa dibilang kami yang mengawali, makanya kami pernah diminta. Tapi kami menolak, karena kami tetap ingin independen. Paling siap membantu untuk memberikan materi saja,” katanya.
Terkait konsep acara, dia juga mengatakan paket wisata yang ditawarkan tidak jelas. Belum diketahui nanti wisatawan hanya sebatas melewati bangunan bernuansa heritage atau ada hiburan lainnya.
”Kami sudah diundang rapat minggu lalu, kami juga lihat konsepnya belum jelas. Disbudparpora menyediakan mobil bus terbuka, jadi nanti apakah wisatawan itu datang, terus melihat bangunan heritage, lalu pulang, atau seperti apa. Tolong dibikin dulu, jangan asal-asalan,” jelasnya.
Dirinya menyebutkan, yang lebih parah, Disbudparpora belum melakukan komunikasi dengan sejumlah Pusat Pendidikan Militer di Cimahi, yang akan jadi tujuan wisata heritage.
”Mereka malah minta tolong ke kami untuk berkomunikasi dengan Pusdikpom, Pusdikhub, Pusdikpal, dan yang lainnya. Padahal kan mereka yang kewenangannya lebih tinggi, kami hanya komunitas. Jadi terlihat jelas, persiapannya sangat minim,” tegasnya.