Rumah Lilis Geser Beberapa Kali

Rumah Nis terletak beber­apa meter di belakang rumah Lilis. Rumah kayu tersebut dilihat-lihat memang rentan sekali ambruk. Atapnya bisa terbawa angin, fondasinya bisa kapan saja dirobohkan pergerakan tanah.

Dulu, menurut Nis, mereka berdua tinggal di rumah lama. Beberapa meter di belakang rumah itu. “Tapi, rumahnya sudah dibawa angin,” tuturnya.

Karena seringnya mengung­si di rumah Lilis, dua kelu­arga sangat akrab. Mereka terbiasa bercengkerama di ruang tamu. Sampai sekarang, belum ada sepeser pun ban­tuan untuk perbaikan rumah mereka.

Solusi yang ditawarkan pe­merintah pun terkesan “lucu”. “Kalau hujan, kami semua disuruh di luar rumah aja. Biar aman. Tapi, kan dingin,” kata Lilis, disambut gelak tawa. Benar juga, lalu buat apa punya rumah kalau tetap kehujanan.

Beberapa meter di belakang rumah nomor 27 milik Lilis, ada rumah milik Santi Ruslan, 25. Tiang depan penyangga rumahnya miring sekitar 9 hingga 10 derajat. Kalau sedang hujan, Santi segera mem­buka pintu dan duduk di teras. “Saya stand by di sini sampai hujan reda,” tutur Santi.

Rumah Ketua RW 07 Olih tidak luput dari tarikan tanah. Sekitar 20 meter di belakang dapurnya, jurang dengan tebing curam menganga setinggi 50 meter. Menarik rumahnya ber­geser ke utara. Sekitar tiga minggu lalu, lereng di tebing itu longsor dengan suara ber­gemuruh dan dimulailah ke­cemasan panjang Olih.

Olih juga tak kalah gelisah dengan para warganya. Saat terjadi hujan, ia berkeliling dengan payung untuk men­gunjungi warganya pintu ke pintu. Melihat adakah retakan baru. Kalau sudah mengang­gap mengkhawatirkan, dia akan mengungsikan penghu­ninya ke masjid. Atau ke rumah tetangga yang dianggap aman.

“Aduh, saya ini takut kalau sampai ada korban jiwa. Pasti nanti RW yang disalah­kan,” keluhnya.

Sore menjelang magrib se­lepas hujan reda, Olih segera mengambil cangkul, lalu menuju ujung jurang. Di tengah surup keremangan, dia mengayun-ayunkan cang­kul, membendung selokan dan saluran air. Saluran air menuju irigasi ke sawah ia tutup dengan batu dan lum­pur agar air beralih mengalir ke ceruk terus ke jurang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan