100 Jam Berikutnya Jadi Pilot Peninjau

Lalu, setelah selesai, me­reka baru diperbolehkan du­duk di kursi first officer (FO) dengan ditemani satu instruk­tur pilot untuk memantau kecakapan si pilot baru. ”Biasanya 75 hingga 100 jam, bergantung kecakapan dia (pilot baru, Red),” ujar Dibyo.

Bahkan, kata Dibyo, untuk type rating pesawat terbaru B-737 seri MAX saja, ATC menerapkan standar yang lebih tinggi dari­pada EASA dan Boeing.

Si pilot harus punya minimal 500 jam terbang di B737 NG. Kemudian, harus menjalani tiga jam CBT. Dan, terakhir si pilot harus sudah familier, baik sebagai pilot penerbang (pilot flying) maupun pilot pemantau (pilot monitoring).

”Jadi, sebenarnya standar kami sudah lebih tinggi,” kata Dibyo.

Pasca-insiden jatuhnya Lion Air JT 610, Dibyo mengatakan, seluruh sistem pelatihan di ATC tengah diaudit. Baik oleh Ditjen Perhubungan Udara maupun oleh setiap customer ATC (Lion Air, Batik Air, Wings Air, Malindo, Thai Lion).

Selain itu, Dibyo mengatakan, Lion Air Group sudah mene­rapkan peringatan yang dikelu­arkan Boeing dalam buletin layanannya. Tentang potensi malafungsi instrumen pener­bangan dengan mengetatkan pelatihan bagi pilot dalam mengatasi tiga keadaan.

Yakni, kecepatan yang tidak akurat (airspeed reliability), pengatur elevator pesawat (runaway stabilizer), serta cara memulihakn pesawat dari posisi terbang yang tidak terkontrol (jet upset recovery).

”Prosedur-prosedur ini ditam­bahkan dalam fase recurrent mendatang, saat pilot-pilot mem­perbarui type rating mereka selama enam bulan sekali,” jelas Dibyo. (*/c10/ttg/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan