BANDUNG – SMK Negeri 12 Bandung mewakili Kota Bandung dalam Lomba Sekolah Sehat (LSS) tingkat Wilayah Provinsi Jawa Barat. Kepala SMK Negeri 12 Bandung, Slamet Heriyadi seperti dilansir laman Disdik Jabar mengatakan, kemarin (2/11) Tim Penilaian LSS berkunjung ke sekolah untuk melakukan penilaian.
“Pada 25 September 2018, pada saat ulang tahun Kota Bandung, diumumkan pemenangnya, pemenangnya itu SMK Negeri 12 Bandung mewakili tingkat menengah. SMK Negeri 12 Bandung mengalahkan sekolah-sekolah tingkat menengah di Kota Bandung, baik SMA maupun SMK Negeri dan Swasta. Hari ini kita diikutsertakan dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat Wilayah di Jawa Barat,” ujar Slamet saat ditemui di SMK Negeri 12 Bandung.
Dalam LSS, Jawa Barat dibagi menjadi beberapa wilayah. SMK Negeri 12 Bandung mengikuti di tingkat wilayah V yang terdiri dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Garut, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar.
“Ketika di tingkat wilayah ini unggul, kita masuk ke tingkat Provinsi Jawa Barat. Setelah tingkat provinsi menang, baru dilombakan ke tingkat nasional.
Slamet mengatakan, sebelum mengikuti LSS, SMK Negeri 12 Bandung sudah menerapkan budaya lingkungan bersih dan sehat di sekolahnya. Menurutnya, sudah menjadi kewajiban sekolah dalam menanamkan budaya lingkungan bersih dan sekolah sehat kepada seluruh masyarakat sekolah.
“Bagi SMK Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan hal yang wajib dilakukan. Upaya kami, untuk kesehatan dan keselamatan tersebut salah satunya adalah mendaftarkan seluruh siswa kami untuk memiliki asuransi kesehatan,” ujar Slamet.
Budaya hidup sehat di sekolah contohnya adalah kantin sehat. Para siswa dianjurkan membli makanan yang sehat di kantin sekolah. Para penjual di kantin sekolah pun hanya menjual makanan-makanan sehat. Ada pula bank sampah sekolah dan masih banyak lagi.
“Kami budayakan hidup sehat, kantin sehat, membeli makanan yang sehat, penjualnya tidak boleh menjual makanan yang mengandung pewarna selain pewarna makanan. Tidak boleh ada makanan dengan zat berbahaya, seperti boraks. Jadi kami juga kelola para pedangan di kantin” ujar Slamet. (siti/ign)