KEPALA Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Cimahi, dr. Romi Abdurrahman, mengatakan penularan Virus HIV/Aids di Kota Cimahi didominasi oleh pergaulan seksual sesama jenis.
Menurutnya, kasus penggerebekan pesta gay di Jakarta dan kontes gay Nusantara jadi salah satu indikasinya. Hal tersebut lantaran mereka memiliki kecenderungan kerap berganti pasangan dan tak aman ketika berhubungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, penderita HIV-Aids pada Tahun 2005-2016 dengan faktor risiko hubungan seksual sebanyak 307 kasus. Sedangkan untuk 2017, mulai dari Januari-April, telah dikonfirmasi 313 kasus HIV/Aids akibat hubungan seks.
”Sekitar 10 tahun yang lalu, kasus HIV/Aids tertinggi itu disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang bergantian. Untuk sekarang justru berbalik. Dibandingkan akibat jarum suntik, HIV/Aids tertinggi itu akibat hubungan seks,” ungkap Romi.
Dia melanjutkan, jika dirinci, kasus penularan HIV/Aids dari ibu ke anak sebanyak 18 kasus atau sebesar 6 persen. Penularan akibat perilaku transeksual sebesar 60 persen, dan yang melalui jarum suntik sebesar 34 persen.
”Untuk penderita laki-laki sebesar 67 persen dan perempuan 27 persen serta waria 6 persen. Peningkatan kasus penularan kasus HIV/Aids di Kota Cimahi hampir seluruhnya lewat hubungan seksual,” paparnya.
Penularan virus HIV sebenarnya bukan karena masalah orientasi seksual seseorang, namun lebih menitikberatkan pada seperti apa perilaku orang tersebut dalam melakukan hubungan seksual dengan pasangannya ataupun.
Di Indonesia angka heteroseksual yang terkena virus HIV lebih tinggi ketimbang mereka yang ada dalam kategori LGBT. Namun demikian, di Kota Cimahi dan Bandung Raya, tren penularan virus HIV justru lebih banyak melalui LGBT, khususnya pada kategori gay dan waria atau LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki).
”Ironisnya, banyak mereka yang LGBT khususnya gay dan waria, yang terkena HIV/Aids ini. Sehingga dulu ada singkatan AIDS itu ‘Akibat Intim dengan Sesama’, karena pada awalnya menyebar di kalangan gay,” terangnya.
Terpisah, Pengurus Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Cimahi, Kin Fathuddin, mengakui jika populasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kota Cimahi mencapai ratusan orang. Menurutnya, para LGBT itu kerap melakukan komunikasi transaksional melalui media sosial atau langsung bertatap muka, salah satunya di Alun-alun Kota Cimahi.