BANDUNG – Keberhasilan seorang guru dalam mendidik siswa tak lepas dari metoda yang digunakan dalam pembelajaran. Namun menurut Edy Soparjoto kepala SMPN 6 Bandung, pendidikan tidak identik dengan belajar saja melainkan dengan pembentukan karakter, pembentukan kognitif dan keterampilan.
Sebutnya, setiap fase akan ada tantangan berbeda. Menghadapi era teknologi dan pertukaran informasi yang sangat cepatm menurut Edy dibutuhkan model yang pas untuk diterapkan di sekolah.
Diungkapkan dia, teknologi bagaikan dua buah mata pisau. Jika digunankan dengan baik, akan membedah hal- hal yang positif sedangkan jika digunakannya dengan tidak baik maka akan membawa kepada hal-hal yang negatif.
”Dari data statistik KPAI hampir 80 persen kekerasan terjadi di Sekolah. Maka hal ini yang harus disikapi,” ungkap kepala SMPN 6 Bandung, Edy Soparjoto pada Jabar Ekspres.
Menurutnya adanya revisi kurikulum 2013 sangat membantu pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan pembelajaran.
Edi menjelaskan, implementasi antara Bandung Masagi, Program Pendidikan Karakter dan Instruksi Presiden dalam Revolusi Pintar memiliki kesamaan. Yakni untuk pengembangan religius.
Dia mengungkapkan hal yang paling krusial menurutnya adalah keteladanan. Jika gurunya baik, teladan, disiplin ini akan berdampak kepada siswa didiknya.
”Anak itu, akan melihat. Jika gurunya baik, disiplin dan kebaikan kebaikan lain maka insyaallah akan mengikuti,” tandasnya. ucapnya.
”Ternyata implementasi program pendidikan berkarakter itu sulit kalau menunggu kesadaran dari siswa. Maka untuk itu, mengimplementasikan program pendidikan karakter, perlu adanya intervensi dari orangtua, guru dan sekolah harus masuk. Sebagai bentuk kerjasama antara pihak sekolah gutu dan orang tua,” sambungnya.
Dia menyimpulkan, implementasi pendidikan berkarakter itu harus melalui pembiasaan dengan adanya intervensi dari guru, sekolah dan orangtua. (mg3/ign)