NGAMPRAH– Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat berencana akan mewujudkan
pembangunan Kampung Asia Afrika (Asia Afrika Village) di Kecamatan Cikalongwetan. Hal itu seiring dengan pengembangan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di sekitar Cikalongwetan. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB Sri Dustirawati kepada wartawan di Ngamprah, belum lama ini.
Menurut dia, bila pembangunan Kampung Asia Afrika bisa terwujud, maka dapat memacu sektor ekonomi di wilayah barat, Kabupaten Bandung Barat. “Kita sangat berharap Asia Afrika Village ini bisa segera terwujud. Harapannya juga sektor pengembangan objek wisata baru di wilayah Cikalongwetan ini bisa berkembang dan mendorong ekonomi baru khususnya bagi warga sekitar,” ujarnya.
Sri menyebutkan, rencana konsep pembangunan Asia Afrika Village ini, sudah lama masuk dalam pembahasan pihak Provinsi Jawa Barat. Dikatakannya, jika memang kampung itu jadi direalisasikan, akan mudah untuk dimanfaatkan dalam mempromosikan keberadaan sejumlah objek wisata khususnya yang ada di Jawa Barat. Termasuk, kata dia, keberadaan Asia Afrika Village, ini juga akan menjadi kesempatan untuk menggelar festival-festival baru dari negara yang tergabung di KAA. “Akan banyak festival baru nanti yang akan kita gelar. Dampaknya juga keberadaan kampung ini, ke depan bisa mempererat hubungan sektor wisata di masing-masing negara tersebut,” ungkapnya.
Diungkapkan dia, sebelumnya Asia Afrika Village ini rencananya akan terbentuk pada tahun 2014. Kampung Asia Afrika diciptakan untuk menjadi objek wisata, yang dikombinasikan dengan wisata artifisial dan segala jenis macam rumah di Asia Afrika.
Sri menambahkan, Asia Afrika Village ini akan menjadi minatur negara-negara yang memang sudah tergabung dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) ini.
Bahkan, menurut Sri, setelah Asia Afrika Village ini terealisasi, akan ada jalur penghubung alternatif antara Cikalongwetan menuju Lembang. Adapun, menurutnya saat ini khusus 3 objek wisata yang dikelola Pemkab, yakni Curug Malela, Situ Ciburuy, dan Guha Pawon masih minim pengunjung. Pendapatan asli daerah (PAD) dari ketiga objek wisata itu juga hanya sekitar Rp200 juta per tahun.
“Kalau saja nanti jalur alternatif Cikalongwetan-Lembang bisa dibuka maka akan menambah sektor ekonomi dari wisata baik di kawasan Cikalongwetan maupun di Lembang. Itu akan menjadi target kami untuk mewujudkannya,” pungkasnya. (drx)