BANDUNG – Perum Bulog Divre Jabar memastikan stok beras di Jawa Barat, aman untuk sembilan bulan ke depan. Hal ini dipastikan untuk mengantisipasi stabilitas harga pangan di akhir tahun.
Kepala Perum Bulog Divre Jabar Achmad Mamun menjamin stok beras di Jabar aman. Langkah ini dilakukan dengan cara memaksimalkan serapan kepada petani.
“Hingga sembilan bulan ke depan aman. Sambil menunggu panen raya Maret 2019. Saat ini, ketersediaan stok Bulog Jabar mencapai 175.000 ton,” kata Achmad Mamun di RPK Center, Jalan Margacinta, Kota Bandung, Kamis (23/8).
Dia mengatakan, periode Oktober, November, dan Desember biasanya harga beras mengalami gejolak dan cenderung naik lantaran tidak ada panen padi. Penyebabnya, panen gadu sudah selesai dan petani baru memasuki musim tanam pada Desember. Petani baru bisa panen pada Maret 2019.
Pada masa paceklik itu, lanjut Achmad, pihaknya akan melakukan stabilisasi harga. Targetnya harga beras di masyarakat tidak terlalu jauh dari harga eceran terpenting (HET) pemerintah. Teknisnya, beras premium dipatok Rp9.450 per kg dan medium Rp12.800 per kg.
“Trendnya begitu setiap tahun. Tetapi kami sudah akan melakukan antisipasi di mana setiap sub divre akan menyalurkan beras kepada mitra. Mereka harus menjual tidak boleh melebihi HET. Setidaknya masyarakat ada pilihan,” jelas dia.
Sementara itu, Perum Bulog bakal memaksimalkan serapan beras pada musim panen gadu atau saat kemarau, untuk menambah ketersediaan stok beras di Jabar pada akhir tahun 2018. Bulog menargetkan bisa menyerap 450.000 ton beras pada tahun ini.
Achmad juga mengatakan, hingga saat ini serapan beras Bulog Jabar baru sekitar 57 persen dari target sekitar 450.000 ton. Pihaknya optimistis target tersebut akan tercapai, mengejar musim panen gadu.
“Masih ada waktu hingga akhir tahun untuk mengejar target. Tetapi nanti malam saya akan kumpulkan semua sub divre dari semua daerah, untuk koordinasi agar serapan bisa maksimal,” tandasnya. (rie)