Hal ini disebabkan minat membaca masyarakat yang masih lemah. Temuan UNESCO (2012) terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang membaca.
Sejalan dengan hal tersebut, hasil tes Programme for the International Assessment of Adult Competencies (PIAAC) 2016, untuk tingkat kecakapan orang dewasa juga menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Indonesia berada di peringkat paling bawah pada hampir semua jenis kompetensi yang diperlukan orang dewasa untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat.
Kondisi demikian ini jelas memprihatinkan. Sebab, kemampuan dan keterampilan membaca merupakan dasar bagi pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan pola pikir dalam kehidupan sehari-hari.
Di balik hal itu, karya tulis adalah buah dari pemikiran emas dari penulisnya. Banyak penulis yang menggoreskan berbagai kenangan indah dalam hidupnya, mereka berbagi kebahagiaan dengan para pembaca. Kenangan indah itu mempunyai nyawa yang dasyat, yang bisa memberi inspirasi kepada pembaca untuk melakukan hal yang sama. Sehingga virus kebaikan menyebar dan hal ini akan membuat atmosfir positif bagi lingkungannya.
Ada juga penulis yang menceritakan berbagai pengorbanan dan perjuangan yang telah dialami dalam mengarungi kehidupannya yang pahit. Sehingga bisa memberi motivasi atau semangat hidup bagi pembacanya.
Tulisan-tulisan seperti ini akan menularkan semangat hidup pada masyarakat yang jiwanya lemah dan merasa paling menderita sendiri. Dengan membaca tulisan-tulisan tersebut, mereka akan merasa mendapatkan obat dan bangkit dari keterpurukannya. Sebab, ada contoh kisah yang mempunyai kisah pahit yang sama.
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap sebuah karya tulis. Bukan dengan harga rupiah. Tapi, dengan apresiasi ingin memiliki dan membacanya.
Bagaimanakah kita mengubah hal itu? Pertama-tama harus ada upaya terus menerus mengampanyekan manfaat membaca. Sehingga mereka tidak merasa rugi saat akan membeli karya tulis (tabloid, koran, majalah atau buku).
Faktor pendukungnya, diri sendiri. Tekad yang kuat dan mental menjadi penulis handal dengan terus berusaha menghasilkan karya tulis yang bermanfaat.
Ketika dua faktor ini sudah ada di diri kita. Penulis juga baiknya menghiasi karya tulis mereka dengan pemikiran kreatif. Pandai menangkap keinginan dan trend yang sedang ramai di masyarakat. Sehingga mereka tertarik untuk membaca tulisan kita.