BANDUNG – Dita terlihat cemas diantara kerumunan peserta. Setelah satu persatu temannya memasuki ruangan, giliran Dita yang dipanggil oleh dewan juri. Dengan nomor peserta 53 yang ditempel di dada, dia tergesa dan masuk ruangan lalu mengambil selembar kertas. Dia mengambil posisi tepat di depan dewan juri, bak audisi pencarian bakat di televisi.
Siswi SD Muhammadiyah 7 Kota Bandung itu menarik nafas panjang. Membaca sekilas teks yang tertulis di kertas. Diiringi sorotan kamera, Dita mulai membaca teks di tangannya yang merupakan penggalan berita. Laiknya pembawa acara berita, meski masih duduk di kelas 5 SD, intonasi serta gestur tubuhnya serasi dengan news anchor pada umumnya.
Belum selesai Dita membaca isi teks, tiga dewan juri memberhentikan Dita dengan paksa. Lalu secara bergiliran, mereka berucap ‘yes’. Suara tepuk tangan pun terdengar riuh diruangan. Namun, dengan kepolosannya, dia masih diam mematung, menatap dewan juri dengan tatapan heran. Setelah salah satu juri berujar bahwa Dita lolos, sambil mengusap wajahnya sebagai simbol ucapan syukur, senyum Dita pun tersimpul dan menyalami dewan juri satu persatu.
Dita dan siswa siswi SD Muhammadiyah 7 Kota Bandung lainnya sedang mengikuti Lomba Pelajar Literasi dan JurnalisKids yang diselenggarakan oleh Tim Literasi Sekolah di SD Muhammadiyah 7, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Acara ini diselenggarakan guna membudayakan literasi di sekolah serta menumbuhkan jiwa kompetisi siswa.
Ketua Tim Literasi Sekolah SD Muhammadiyah 7 Kota Bandung, Mulyanti menjelaskan, ajang tersebut diikuti oleh siswa sisiwi kelas 4 dan 5 dan sudah dilakukan sejak tahun lalu. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaring minat bakat anak dalam jurnalistik serta menunjang program sekolah tentang media komunikasi Televisi Internet yang membutuhkan para jurnalis dari siswa.
”Tujuannya untuk menjaring, melatih, mengasah, dan menyulurkan minat bakat guru dan siswa dalam bidang jurnalistik,” tutur Mulyanti.
Budayakan literasi
Konsep kegiatan JurnalisKids sendiri dibuat seperti audisi di televisi agar lebih menarik dan mampu menumbuhkan jiwa kompetisi sedini mungkin.
”Iya ada yang lolos ada yang enggak, bahkan ada yang sampai nangis karena enggak lolos. Itu wajar, kita ingin menumbuhkan jiwa kompetisi mereka,” kata guru yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum itu.